Cerpen seperti apa kamu suka?

Senin, 11 April 2011

Pelarian

oleh Dini Halimah pada 27 April 2010 jam 15:05
Senin, 26 April 2010
Pukul 16:00 WIB, kukemasi barang2ku ke dalam tas ransel doreng pemberian Binta. Segera kulangkahkan kakiku dengan agak ragu dari Earlynet menuju ke pinggir jalan raya. Ku pandangi ujung jalan itu dengan penuh gusar, sambil sesekali mengamati detikan waktu yang tertera di ponselku. Tak lama kemudian bus jurusan Mangkang-Bukit Kencana itu muncul juga. Dengan riangnya kuseberangi jalan raya untuk menghampiri bus tersebut,hingga tak kusadari tubuhku hampir saja dilahap oleh lalu lalang kendaraan bermotor sore itu. "Din...din...dinnnn", suara klakson kendaraan yang bersahut2an ke arahku membuyarkan lamunanku atas tujuanku saat itu. Sesekali kuamati juga riangnya anak2 SMA yg berkovoi ria. Hal itu tampak jelas dari corat coret tinta di seragam yg mereka kenakan bersama teriakan-teriakan penuh kemenangan dari mulut mereka. Aku tersenyum simpul membayangkan masa laluku dlu ketika pengumuman UAN dibacakan. Aku hanya tersungkur bisu di atas kasur ketakutan dan berharap-harap cemas menunggu kedatangan orang tuaku yang hingga maghrib tak kunjung pulang ke rumah. Ternyata beliau harus mengikuti rapat dengan komite sekolah dan menyelesaikan sumbangan ini itu yang diminta oleh sekolah kepada pihak wali murid. Huft, aku menyesal tidak bisa ikut teman2ku merayakan meriahnya konvoi di jalan raya hanya gara2 sebuah ketakutan yg sama sekali tidak terjadi. Ingin rasanya aku terjun ke jalan raya dan menumpangkan diri ke salah satu anak SMA untuk membayar masa laluku yg telah kulewatkan begitu saja....

Bus yang kutumpangi hanya berisi beberapa orang saja. Tampak masih banyak sekali kursi kosong d sana. Rasa pengap membuat keringat di wajahku berkucuran. Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana pendapat org yg akan kutemui tentang kucelnya wajahku sore itu. Segera ku ambil ponsel yang tergantung di leherku, dan kuketikkan pesan singkat untuknya. "Klo kk ktmu adk jgn kbur y?ni adk lg prjalanan ke jatingale, tak tunggu d halte y kkq ;)" isi pesanku untuk sebuah nomor ponsel yg kuberi nama Iqbal. Rasanya baru 2 minggu ini aku mengenalnya melalui sebuah media chatting, dan dengan singkat qt saling berbagi kisah, problem, dan solusi. Dia kuanggap layaknya kkq sendiri. Setidaknya dy membantu mengisi heningnya waktuku ketika Binta tak ada. Udah dua hari ini Binta ga mengirimkan sehelaipun kabar untukku, setelah ribuan rasa gusar yang ia tebarkan ketika 3 buah pesan singkatku sama sekali tak digubrisnya kemarin. Kepergiannya setahun ke Magelang membuatku semakin ragu dan ragu atas hubungan ini. Kata2nya kemarin yg meminta aku untuk menunggunya, seakan gak berarti apa2 sekarang atas sikapnya yg seakan2 tak membutuhkan kehadiranku dlm hatinya. Entahlah kemana arah hidupku kelak, aku semakin bingung dan tertekan iktan ini. "Mengapa yg lain bisa mendua dengan mudahnya, namun qt terbelenggu dalam ikatan tanpa cinta" lagu yang menjadi soundtrack Cinta Fitri itu mengalir terus dalam benakku.

"Ding dung" nada pesan d ponselku akhirnya membuyarkan sgala bentuk lamunanku tentang Binta. Buliran2 rasa sesak di dadaku masih melekat pekat.Ku amati ada pesan balasan dari kak Iqbal, "iya...!" Aku tersenyum simpul. Masih ingat semalam aku mati2an memberikan nasehat untuk kkq itu yang sedang sedih karena tunangannya minta putus. Hmmm...yg udah tunangan aja, semudah itu bisa berakhir... apalagi hubunganku yg masih begitu rapuh untuk dipertahankan. Kakakku pasti merasa rapuh sekarang, serapuh aku saat ini yg terombang ambingkan oleh sebuah status tanpa landasan yg kokoh di dalamnya. Udah berkali-kali kkq ada tugas ke semarang, tp baru kali ini aku punya kesempatan dan keinginan yang menggebu-gebu untuk menemuinya. Barang kali karna kata2 gombalku di sms pagi tadi. "Apa sih yang nggak buat kkq?" dan dengan licik dia menagihnya,"ntar main ke sini ya, ka2 pengen ketemu." begitu bunyi smsnya. "waduuhhh" Aku memeras kepala berusaha untuk mengelak, "tp adek kan gag tau jalan ke situ kk...tkt kesasar :( " jawabku. "Masak adek ga tau d jatingale?" sangkalnya. "Lho??kk di jatingale to?katanya td baru pulang krmh...bukan rumah d sala 3?" tanyaku bingung. "Pulang ke jatingale dek, soalnya besok pgi ada acra."jawabnya."Hmm kk punya rumah d jatingale ya? Kk ktmu ma adek d tembalang aj yukk...mau ya mau ya?pliz.." kataku mengalihkan."Pulang d rumah bos kk, de...kk kn sopirnya bost jd kk ga bs kemana2 nih sekarang. Mungkin nanti sore kk bisa ke situ hbs maghrib." jwbnya."Duhh,, jgn hbs maghrib to kk :( tar ga bs ktmu, soalnya maghrib aku hrus dah drmh gak buleh kmn2 gt." jawabku sambil memutar otak, hingga akhirnya akulah yg mengalah k sana untuk menemui kkq itu. Motorku kutinggal di Early karna aku tidak membawa SIM atopun STNK, dan aku pilih naik bus untuk amannya. Aku gag mau terjadi apa2 dalam perjalananku yang kurencanakan mendadak itu. Maghrib pokoknya aku hrus sudah sampe dirumah, karna aku gak mau org tuaku mengintrogasiku atas keterlambatanku plg k rmh.

Bus yang aku tumpangi berjalan begitu lambat seperti siput, membuatku kian gelisah. "Duhh, wktnya cukup gak ya." pikirku sambil berkali2 mengamati jam d ponselku. Pengapnya udara dalam bus membuat keringat di wajahku kian banyak. Aku menyesal tidak membawa tissue tadi. Dan perjalanan Tembalang Jatingaleh yang harusnya cuma 15 menit harus ditempuh dalam waktu 50 menit. Rasa gelisah dan ngilu di jantungku membuat tanganku gemetar. Aku turun di depan PLN sendirian seperti orang ilang. Kendaraan begitu ramai berlalu lalang d jalan raya dengan kecepatan tinggi. Aku ingin menyebrang menuju halte bus tempat janjian kami, tapi gak berani. Lalu kukirimkan pesan singkat untuknya,"Kak adek dah sampe dpn pln gt, ga brani nyebrang ". "Tinggal nyebrang aja ke halte dek."jawabnya tidak membantu."Adek gag berani kk, adek takut, jalanan ramai."balasku. Tapi setelah ku tengok ke kiri jalan, aku menemukan sebuah jembatan penyebrangan. Aku bernafas lega. Kutuju jembatan itu dengan langkah gontai. Aku bnr2 ngrasa seperti orang ilang skr, rela naik bus wat ktmu seseorang yg gak jelas wujud dan asal usulnya. "Untuk apa aku melakukan semua ini?apakah hanya untuk melarikan diri atas sikap binta padaku?"hatiku meronta2 bertanya, sementara aku hanya terdiam dengan sesungging senyum menikmati perjalanan aneh yg kutempuh skarang."Adek yang mana to?" sebuah sms singkat itu meluncur ke ponselku."Adek mau lewat jembatan aja ah kk" jawabku."Adek yang pake jilbab kuning itu?" balasnya lagi. Deg...jantungku berdetak...aku memang memakai krudung cokelat susu, mungkin dari jauh akan tampak kuning. Kuamati halte bus di seberang sana, hanya ada seorang perempuan dan seorang laki-laki muda yang duduk d situ dalam jarak yg saling berjauhan. "Apa betul laki-laki itu kkq?Tapi dia sepertinya tidak sedang mengawasi langkahku" gumamku dalam hati penuh kegusaran. Aku turun dari jembatan penyebrangan, dan tidak seorangpun yang menyambutku termasuk laki2 muda itu hingga akhirnya aku terduduk di kursi halte bus."Apa jangan2 dy kabur ngliat aku ya??"gumamku dlm kegelisahan.

Ku putuskan untuk menghubungi nomornya. Di reject. Lalu kuulang sekali lagi...dan dia mengangkatnya."Halo..haloo..kak??" sapaku.dan dia menjawab,"iya halo?" "Kakak dimana...." tanyaku dengan nada manja dan panik. "Iya, bntar dek, tar kk samperin ke situ ya." jwabnya. Dan telponpun terputus. Kutunggu beberapa menit hingga seseorang menyapaku dari arah belakang. Aku setengah kaget akan kedatangannya sampai2 aku lupa namanya :D dan aku hny memanggilnya kk. Dari wajahnya spertinya umurnya setara sama Binta, tubuhnya proporsional, kulitnya sawo matang, potongannya rapi, dengan kaos doreng yang melekat di tubuhnya. "Udah lama nunggunya?" tanyanya. "Lho kk kan tau ndiri adek bru nyampe...kk sih tega ngliat adeknya ktakutan gak brani nyebrang cuma diliatin aja gag disebrangin" keluhku sambil memukul-mukul lengannya dan tawa kamipun pecah membentuk serpihan2 keakraban. "lha nyebrang tinggal nyebrang ug pke takut, tu juga ada jembatan penyebrangan..." kelaknya dengan tawa."Lulusan SMA taun brapa dek?" tanyanya santai."2007 kk" jawabku singkat."Uwalahh..masih baru nuw." katanya."Eh kk sekarang jam berapa?" tanyaku akhirnya ketika kuamati bus terakhirku sudah lewat tp tidak berhenti di depan kami. "Jam 5an dek" jwbnya sambil mengamati jam yg merekat d tangannya. "Duhh...bus itu kok gag lewat sini ya kk, adek mau pulang." kataku agak panik."Loh kok udah mau pulang dek?kn bru aja ktmu??" tanyanya dengan raut wajah kaget tur bingung."Adek takut dimarahin ortu kk klo pulang kelewat maghrib, lgian td juga gag ijin." kataku dgn sikap gag jenak smbil ngliatin jam. "Kok tadi gak ijin to?Yaudah nanti biar kk buatin surat jalan biar gag dimarahin." katanya sambil cengengesan."Ahh...kk ini lo...emang adek apaan..barang??" kataku sambil cekikian. Dan kitapun kembali ketawa... "Kak busnya kok gag mau lewat sini ya?"tanyaku agak panik. "Ya gak mungkin lewat sini to dek," katanya."lho knp mangnya kk?" tanyaku bingung."Tu tandanya adek lomsaatnya diijinkan pulan..." katanya lagi sambil ktawa."Ahh, kk ki bs aja, udah ah adek mau pulang..."kataku sambil berdiri dan menjabat tangannya, "seneng ketemu kk." kataku kemudian. Dan akupun berlari menuju angkot orange yang ke arah banyumanik, dan nanti untuk kembali ke early aku mau naik ojek ajah. Kulambaikan tanganku padanya dari dalam angkot, dan dy membalasnya dengan malu2 :D ....Bru juga naik ojek kkq dah sms, "Udahnyampe rumahbelumdek?" ^_^ Entah kenapa perjalanan ini seperti sebuah petualangan kecil untukku. Aku merasa sngt gembira bs melewatinya dengan lancar.Dan waktu yang kurencanakan tidak meleset jauh. Sebelum maghrib aku sudah tiba di rumah, itu pun ibukku udah ribet bertanya2 atas keterlambatanku pulang.

Tidak ada komentar: