Cerpen seperti apa kamu suka?

Senin, 11 April 2011

B-I-N-T-A

oleh Dini Halimah pada 27 Maret 2010 jam 18:05
resah jiwaku menanti
mengingat semua yg terlewati
saat kau masih ada disisi
mendekapku dalam hangatnya cintamu

lambat sang waktu berganti
endapkan laraku di sini
coba tuk lupakan bayangan dirimu
yang selalu saja memaksa tuk merindumu

sekian lama aku mencoba
menepikan diriku diredupnya hatiku
letih menahan perih yang kurasakan
walau ku tahu ku masih mendambamu

lihatlah aku disini
melawan getirnya takdirku sendiri
tanpamu aku lemah dan tiada berarti

Ngilu membersit, saat kubiarkan lagu naff itu mengalun begitu saja dari bibirku mengiringi suara lirihnya yg memecah keheningan malam. Lalu ribuan kenangan itu memenuhi rongga dada. Kutatap wajahnya yang tampak pias menunduk. Entah apa yang ada di lubuk hatinya sekarang. Getir menggumpal memenuhi ruangan. Hanya ada aku dan dia di sini. Terasing oleh waktu yang membingungkan. Kutatap wajahnya lagi lebih dalam, lalu wajah-wajah itu terbayang dg jelas diiringi bekas2 luka yg pernah menikam di dada.

Linu di relung hatiku semakin menjadi."Dimana kita sekarang Cint?" tanyaku padanya melalui dasar hati. Tapi tak kutemukan sepenggal jawab pun darinya. Hanya alunan gitar dan rentetan syair yang menyumpal mulut kita untuk saling berkata. Aq memandangnya lagi dengan sesungging senyum hambar.. tak bisa kupercaya aku ada di sini bersamanya sekarang. Menghabiskan detikkan malam yang merayap secara perlahan dalam senandung nada.

Lalu kuingat kembali bagaimana pertama kali kutemui dia beberapa minggu yang lalu. Aku hanya bisa terdiam ketika cinta itu mulai mengusik. "Apa to yang bisa kulakukan?Toh tak ada yg bisa kuperbuat selain menjalani alur waktu yg membelenggu", selalu kata itu yg terlintas di hatiku mencoba menepis semua harapan yg meronta2. Aku masih ingat bagaimana kutatap wajahnya untuk pertama kali. Tampak manis dgn segala ego yang melingkupinya. Dan bisa kubayangkan dengan jelas tipe cewek2 seperti apa seleranya. Yang jelas bukan tipe cewek sepertiku lah."Masa bodo ah, lagian juga untuk hari ini saja aku nemuin dia."pikirku saat itu mencoba menepis smua pendapatku ttg dia.

"Yang kosong nomor berapa mbak?" tanyanya. "Eh e... nomor 2 bisa,3 juga bisa mas."jawabku agak geragapan mengetahui kedatangannya yang tiba2. "Dini ya?" tanyanya lagi. "siapa nih??"tanyaku dengan memasang tampang bingung. "Yang janjian mau ke sini tadi siapa?" tanyanya balik."Ouwwhh...met kenal,Dini"kataku sambil mengulurkan tangan untuk menjabat tangannya."Binta" jawabnya. "Lho katanya kemarin namanya Rizky??kok jadi binta sih?yang bener yg mana?"tanyaku bingung."Yah...nanti juga km tau sendiri." jawabnya penuh misterius. Aku pun membalasnya dengan sesungging senyuman tanpa berusaha bertanya untuk menyelidiki lebih dlm siapa makhluk yg sedang kutemu isaat itu. Ku persilahkan duduk, kusuguhi sebuah minuman dan kusambut seperti tamu2ku sebelumnya.
Tatapan matanya lurus,fokus dan teliti, hampir setiap pekerjaanku di situ dikomentari dengan suaranya yang riuh bagai gerimis seakan tak pernah kehabisan topik pembicaraan. Sementara aku hanya membalasnya dengan sesungging senyum dan jawaban seperlunya tanpa kutambah2i. ^_^ Lalu waktu pun berjalan tanpa terasa bersama jutaan cerita tentang hidupnya hingga jam kerjaku selesai tepat pukul 00.00 WIB. "Jadi berapa semuanya, ama ngenetnya tadi juga?" tanyanya tiba-tiba. "Udah gak usah, dah kubayarin... lagian km kan tamuku." jawabku enteng."Loh gak bisa gitu to... klo gitu sebagai gantinya amu harus nemenin aku makan." katanya. "Eh gak bisa, jam berapa nih mas gak enak to ya anak cewek jam segini dinner ma cowok??Tengah malam nih, ntar nek aku dicariin ortuku piye??"kataku berusaha menolak."Halah, wajib...n perintah... nek amu nolak berarti gak ngehargai aku." jawabnya."Duh ntar nek ditanyain ortuku piye?" tanyaku serba salah n takut."bilang nemenin temen makan apa salahnya to." jawabnya dengan tampang tersinggung. Aku merasa serba gak enak. Akhirnya kuturuti maunya. Kita berhenti di sebuah warung nasi goreng di pinggir jalan. Waktu itu aku pesen mie goreng, sementara dia pesen kwe ti yao. Duduk berhadapan dan makan bersama tengah malam dengan seorang cowok, baru kali ini aku mengalaminya. Romantis... saat dengan tiba2 dia menyuapiku dengan sesumpit daging dari piringnya. Dan dia tampak menikmati sekali akan makanan yang dimakannya. Sementara aku hanya terdiam dengan seribu pertanyaan yang tak berani kulontarkan. Sesekali kulihat sekelilingku berharap tak ada seorangpun yang mengenaliku. Bisa mati digampar aku, klo sampe orang tuaku tau jam segini aku makan dengan seorang cowok. Kupercepat makanku agar aku bisa segera pulang tanpa pertanyaan yg mencurigakan dari bapak atopun ibuku nanti atas keterlambatanku pulang ke rumah.

"Makasih ya udah nemenin aku makan" begitu bunyi sms darinya dan kujawab, "iyah sama2, mksh juga dah nraktir aku." Pagi harinya tidurku diusik oleh nada panggilan di ponselku. "Bangun...sholat subuh dlu." begitu katanya. Aku tersenyum senang, trnyata ada org baik yg bersedia mengingatkan sholatku. Dan malam berikutnya dia datang lagi untuk minta bantuan mengerjakan tugas kantornya sekalian dy tawarkan untuk menemaniku hingga pukul 12 malam lagi. Qita habiskan waktu yang sama untuk melewati makan malam yg penuh romantisme ^_^. Dan tanpa sadar aku sudah terduduk di sini bersamanya. Semuanya terasa terlalu cepat dan singkat. Hanya dalam beberapa hari saja dia berhasil meyakinkan orang tuaku, kakakku dan semua orang di sekitarku tentang hubungan ini. Hubungan yang aku sendiri belum mampu menangkap makna dari balik hatinya. Kususuri hatiku untuk menemukan cinta di hatinya, tetap saja sebuah ruang hampa yg melingkupiku. Aku semakin bingung, untuk apa dia di sini. Untuk apa dia melakukan semua ini. Mengantarkanku pulang setiap hari, datang ke rumahku setiap malam, membawakan ini dan itu untukku, cemburu pada kk angkatku sampe demi dia aku menjauhi dan melukai kk angkatku...tapi tak sejengkalpun cinta yang kurasakan dari hatinya. Mungkin aku rapuh ketika cinta itu datang, tapi dari kerapuhan itu aku bisa merasakan hatimu, semua pengingkaran dari kata2mu, tangisnya, tangis mereka, aku merasakannya meski harus kuingkari semua perasaan itu dengan cara percaya padamu.

27-03-2010 17:56 WIB.
Hari ini aku tersenyum dalam kebisuan...
Pada langkah yg tak seharusnya kusesali lagi
Entah... apa yg akan kukatakan pada keluargaku atas keputusan ini
Aku sayang kamu Bin, bahkan sampe detik ini pun aku tetap sayang kamu.

Tidak ada komentar: