oleh Dini Halimah pada 26 November 2009 jam 10:56
Setelah berhasil masuk rumah dan meletakkan tubuhku di kursi tamu, adekku pun mengikutiku dan membawa bukunya ke hadapanku. Kali ini dia nggak nggulet lagi, takut dimarahin ibuk :D hahahha."Mbak adil disuruh mbuat pantun, tapi adil nggak bisa. Gimana nih mbak, katanya bu guru pantunnya gak boleh sama." kata adil dengan tampang kasihan. Mendengarnya aku pun tersenyum. Teringat kejadian 11 tahun silam ketika aku duduk dibangku yang sama dan mendapatkan tugas yang sama. Aku kalang kabut semalaman sambil nangis karena seharian ngarang pantun nggak ada yang bener (maklum dari dulu sampe sekarang dini anaknya emang cengeng dan nggak berubah :D ). Tapi bedanya, adekku lom mau mencoba langsung tanya ama sang kakak tercinta... sementara dulu aku mikir habis-habisan merangkai kata sampai jam dinding menunjukkan pukul 12 malam baru nangis karna merasa gagal membuat pantun :D. Kebetulan ayahku datang waktu itu. Dan nggak sampai lima menit, jadilah sebuah pantun istimewa karya sang ayah. Aku sebenarnya malu membacakannya, tapi dorongan dan support dari ayahku lah aku dengan berani membacakannya keras-keras dan lantang di depan kelas. Pantun apakah itu? Check this out....
Manisnya jati setelah dipahat
Diambil dua dari almari
Menangis tak jadi karena melihat
Ibu hamil tua lomba berlari
Serentak seisi kelas tertawa terpingkal-pingkal mendengar pantun yang kubaca. Guruku pun Bu Suli namanya, tertawa nggak reda-reda juga. Semakin dia ingin berhenti, semakin lepas juga tawanya. Akupun tersenyum mendengar kejadian itu. Hari yang indah, lalu dengan semangat yang berapi-api ku dektekan pantun lucu itu ke adekku ^_^ semoga ada tawa hari esok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar