Cerpen seperti apa kamu suka?

Senin, 11 April 2011

Pantun Istimewa


oleh Dini Halimah pada 26 November 2009 jam 10:56
Sore hari sepulang aku dari kerja, seperti biasa Adil adekku yang paling berisik itu langsung membaur ke arahku sambil nggulet-nggulet kayak kucing :D. "mbak Dini...mbak Dini...Adil dapet PR mbak, tapi susah...." katanya sambil menghalangi jalanku menuju rumah. "Idiiihh, Adil minggir...minggir...mbak Dini mau lewat, capek tauu" gerutuku sambil berjingkat-jingkat menghindari adekku yang klo di depanku manjanya gak ketulungan itu. Tapi adekku masih juga menghalangi jalanku sambil sok-sokkan memohon agar aku mau menggubrisnya,"plis mbak...tolong mbak...bantuin adil ngerjain PR.." pintanya dengan tampang tak berdosa. Duh repot nih jadinya, mana badan capek gak jelas bentuknya gitu. "Adiilll...lepassin, mbak dini cappekk...ntar tow wong mbak dini naruh tas ajah belum ug dah digulet kyk gini!!" Pengen nyingkirin adekku tp aku gak kuat coz berat badannya lebih berat lima kilo dari berat badanku. Akhirnya kutempuh jalan tercepat deh, "Ibuuuukkk...ibukkk...ki lho adil bukkk aku meh lewat malah digulet koyo kucing...aaaarrgghhh". Mendengar teriakanku ibuku pun langsung tergopoh-gopoh dari warung, "Adil, nggak boleh kayak gitu ma mbak Dini!!Mbak Dini capek owg diganggu terus!" marah ibukku ke adekq. Dan Adil pun dengan sukarela melepaskan cengkeraman tangannya dari tubuhku (Hohohoho ^o^ kok jd kebalik gini keadaannya. Harusnya kn kknya yg dimarahin karna gangguin adeknya >,< LHA INI??? :D)
Setelah berhasil masuk rumah dan meletakkan tubuhku di kursi tamu, adekku pun mengikutiku dan membawa bukunya ke hadapanku. Kali ini dia nggak nggulet lagi, takut dimarahin ibuk :D hahahha."Mbak adil disuruh mbuat pantun, tapi adil nggak bisa. Gimana nih mbak, katanya bu guru pantunnya gak boleh sama." kata adil dengan tampang kasihan. Mendengarnya aku pun tersenyum. Teringat kejadian 11 tahun silam ketika aku duduk dibangku yang sama dan mendapatkan tugas yang sama. Aku kalang kabut semalaman sambil nangis karena seharian ngarang pantun nggak ada yang bener (maklum dari dulu sampe sekarang dini anaknya emang cengeng dan nggak berubah :D ). Tapi bedanya, adekku lom mau mencoba langsung tanya ama sang kakak tercinta... sementara dulu aku mikir habis-habisan merangkai kata sampai jam dinding menunjukkan pukul 12 malam baru nangis karna merasa gagal membuat pantun :D. Kebetulan ayahku datang waktu itu. Dan nggak sampai lima menit, jadilah sebuah pantun istimewa karya sang ayah. Aku sebenarnya malu membacakannya, tapi dorongan dan support dari ayahku lah aku dengan berani membacakannya keras-keras dan lantang di depan kelas. Pantun apakah itu? Check this out....

Manisnya jati setelah dipahat
Diambil dua dari almari
Menangis tak jadi karena melihat
Ibu hamil tua lomba berlari

Serentak seisi kelas tertawa terpingkal-pingkal mendengar pantun yang kubaca. Guruku pun Bu Suli namanya, tertawa nggak reda-reda juga. Semakin dia ingin berhenti, semakin lepas juga tawanya. Akupun tersenyum mendengar kejadian itu. Hari yang indah, lalu dengan semangat yang berapi-api ku dektekan pantun lucu itu ke adekku ^_^ semoga ada tawa hari esok

Tidak ada komentar: