Cerpen seperti apa kamu suka?

Senin, 11 April 2011

Dan Ketika Ku Hapus Namamu........


oleh Dini Halimah pada 25 Desember 2009 jam 11:04
Sore yang sama. Ku kendarai motorku yang terasa berat menuju sebuah bengkel di pinggir jalan. "Kenapa mbak motornya?" tanya salah seorang teknisi bengkel. "kempes mas" jawabku lesu sambil mencari-cari tempat duduk yang pas untuk menunggu. Kulihat sebuah bangku panjang terbuat dari kayu di duduki oleh seseorang di sana. "Lho pak, ngapain kamu di sini??" tanyaku kaget ketika melihat Pak Said karyawan kantor sebelah warnetku sedang duduk di situ sambil pecingas-pecingis melihatku. "Biasa to... jadwal perawatan istriku.." kata pak Said sambil menunjuk motor JupiterZ merah yang sedang di otak-atik ama sang teknisi. "Lha kui motormu kenopo nduk?" tanya dia menambahkan. "Huh, keno santet kethokke pak. Padahal aku bar ngece motore koncoku ceng gembes ketubles paku pirang2, Eh...malah aku kuwalat dewe!" gerutuku nerocos ke arah pak Said, sambil membenahi posisi dudukku di sampingnya. "Mbak, ni ban dalamnya jebol kena paku, mending diganti yang baru aja" kata sang teknisi padaku. "Yaudah lah mas, lakukan aj terserah mau diapain tuh motor yang penting sore ini aku bisa pulang ke rumah." jawabku pasrah. "Tapi di sini adanya ban yang biasa ik mba, tak pasangin skalian 20 ribu ya mbak." kata sang teknisi. "Iya deh mas, ga papa, pasang aja." jawabku mantab sambil sibuk mengecek isi dompetku mencari uang 20 ribuan. Ternyata di dalam dompet merah jambuku itu hanya ada 6 lembar uang 50 ribuan, 3 lembar uang 5 ribuan, dan 2 lembar ribuan plus beberapa uang koin ratusan. "Duh...terpaksa mecahin yang lima puluhan deh" gumamku dalam hati.
"Eits" tiba-tiba lepaslah dompetku dari genggaman tanganku, dan kini berada di tangan pak Said. "Duh pak, jangan dilihat...malu aku ketahuan gak punya duit." kataku ke arah pak Said mencoba mengambil kembali dompetku tapi tidak bisa. "Sek...sek... siapa juga yang mau ngliat duitnya? Mau tak lihat ada foto siapa di dompetmu. Hehehehe" kata pak said riang. "Idiihh, nggak ada foto siapa-siapa,paling cuma temen2 sekolahku dulu...itupun cewek semua." kataku membela diri sambil berusaha meraih tu dompet. "Hayyoo, lha ini fotonya siapa?" tanya pak Said ke arahku sambil menunjukkan sebuah foto cowok berukuran 3x4 di tangannya. "Owh itu... hehehe...ini mah dah masa lalu pak.." jawabku santai. "eeehhh...jangan salahhh.Biasanya,foto seseorang di dompet menunjukkan bahwa orang tersebut merupakan orang yang paling berarti di hati." katanya dengan penuh percaya diri. "Kalo nggak berarti, ngapain juga foto itu masih kamu simpan di dompet?" tambahnya lagi. Aku hanya tersenyum tidak bisa menyangkal kata-katanya. Dan pak Said pun mulai nerocoss dengan teori-teori dan semua pengalaman hidupnya yang panjang dan lebar, sementara pikiranku melayang teringat kembali akan sosok seorang cowok di foto itu.
Yup, mungkin saat ini hanya ada ruang hampa di hatiku. Tapi sosok itulah yang mengawali semua kehampaan ini. Namanya sudah hampir terhapus, sampai akhirnya aku mengingatnya kembali ketika kupandangi foto itu. Short memory di kepalaku, sangat mudah sekali untuk menghapus setiap waktu yang tidak kuinginkan. Sangat sempurna untuk melarikan diri. Tapi luka didadaku tak akan lagi kubiarkan menganga. Sudah kusetting otakku untuk memaafkannya dan memaafkan diriku sendiri atas cinta yg tidak bisa kumiliki.
Jaket ungu pemberiannya masih sering melekat di tubuhku. Rukuh dan Al Qur'an yang ia berikan juga kusimpan rapi. Entah kenapa aku kadang tidak punya nyali menggunakannya. Selama ini dia hanya mencintaiku dengan harta dan semua pemberiannya. Tak pernah kulihat cinta di matanya lagi. Entah sudah berapa juta uang yang dia keluarkan hanya untuk membuatku senang dengan semua barang, uang, dan pulsa pemberiannya. Padahal yg kuminta hanya satu, "hatinya" untukku dan hanya untukku. Aku nggak ingin yang lainnya lagi. Tapi semua itu hancur berkeping2 ketika tahu selama ini dia tidak bisa memilih. Putri Ida Lestari, nama gadis yang tidak bisa kulupa dari ingatanku. Nama gadis yang dengan suka rela kubiarkan begitu saja merebut separuh hatiku. Dan kuhapus nama pria difoto itu begitu saja. mengiringi waktu yang kubiarkan hampa hingga waktu untuk mengembalikan smua uangnya tiba..............
Lalu kulihat kembali pak Said yang masih bercerita panjang lebar tentang pengalamannya. "Hehehehe...kata-kataku bener to? Dia yang paling berarti di hatimu?" tanya pak Said ke arahku. "Ahh...udah masa lalu ug pak... Besok pasti dapet lagi yang lebih baik. Sebenernya nggak yang paling berarti sih pak, tp dy adl orang meninggalkan luka paling dalam" kataku tegar. "Kuwi lho seng dulu biasane mbawain aku makanan buannyaakkk banget ke warnet, sampe rong plastik guedhe?ndak kelingan?" tanyaku mengingatkan. "He'eh ngerti aku bocahe." jawab pak said sok tau. "Dulu cewek selingkuhannya kecelakaan kakinya patah, dan dia harus nungguin di rumah sakit." kataku dengan tenang mengingat kenangan pahit itu.
"Alahh, berarti wes lewat nduk. Iki nek foto iki ditemu cowokmu seng anyar sok mben iso perkoro ki... Tak suwek ya?" tanya pak said sambil menatapku tajam. Aku hanya tersenyum hambar. "Yaudah, sobek aja pak." kataku lagi. "Oke baiklah mulai sekarang dengan ini kuresmikan telah kututup kenanganmu tentang dia." kata pak said mengikuti gaya presiden meresmikan suatu bangunan. "Krek" sobeklah sudah foto itu menjadi bagian hati yang pernah pecah berkeping-keping.

Tidak ada komentar: