Cerpen seperti apa kamu suka?

Senin, 11 April 2011

Danau Penantian

oleh Dini Halimah pada 02 Maret 2010 jam 14:24
Siluet jingga keemasan terpantul dari danau, memancarkan ribuan angan dalam hati.Akupun tersenyum samar memandangi wajahmu yang tampak berbinar menatap senja itu. Tinggal menunggu hitungan detik semuanya pasti akan gelap. Sekelam hati kita layaknya detik sebelumnya yang mau tak mau harus kita lahap dalam penantian.Entah penantian apa yg kita tunggu sekarang.Hanya ada kepedihan, selain sbuah akhir dari kematian. "Lalu kapan kebahagiaan itu akan datang kak?" tanyaku dalam hati. Aku pun mengganti senyum itu menjadi sebuah biluran luka yang menyayat.

Entah sudah berapa jam kita terduduk bisu di sudut danau. "Seandainya aku bisa merengkuhmu..."selalu kata itu yang terlintas di benakku. Tp kita hanya bisa terduduk diam memandangi kilauan air, bersama ribuan kenangan kita menjadi sebuah rindu yang membelenggu. Suara Adzan maghrib yang menggema nyaring di balik bukit memaksaku beranjak dari tempat itu. Aku tersenyum manis menatapmu sebelum akhirnya kubiarkan tubuhku benar2 lenyap dari pandangan. Kulihat jelas raut wajahmu yang tampak sayu seakan enggan beranjak pergi dari tempat itu. Tapi inilah takdir yang harus kita hadapi kak, sebuah perjalanan yang harus kita tempuh secara berlawanan. Dalam diam kusenandungkan nyanyian angin yang menggebu. Lalu kutulis pesan singkat itu."Mas di danau tadi kamu lihat enceng gondok itu gak?" tanyaku datar. Tak butuh hitungan detik, pesan itu pun segera kau balas,"Iya, kenapa dek?" tulismu singkat. "Apa itu ya yang nyebabin air danaunya jadi jernih?" tanyaku polos. "Nggak dek, justru enceng gondok itu yang numpang di danau dan nyebabin air danau jadi kotor dan keruh." jawabmu dengan berusaha menjelaskan. Sesaat aku tertegun membacanya. Memikirkan kata-kata itu dengan penuh ego. Mungkin benar, selama ini aku hanyalah sehelai enceng gondok yang bersikap seolah-olah menjernihkan keadaan. Padahal tanpa kusadari aku hanya menumpang kehidupan dan memperkeruh suasana. Sebaiknya memang jalan seperti ini yang kita tempuh kak. "Kak, kapan kita ke danau itu lagi?" tanyaku berusaha menipu diri. Mengingat hari itu mungkin tak akan ada lagi. Entah masih adakah hari esok, dimana kita bs duduk bersama dan termenung di pinggir danau dengan sehelai senyuman. Akhirnya,tak pernah kutemukan jawabanmu selain keheningan. ....Lalu kau pun sadar dan terbangun dari tidurmu,sementara aku masih menunggumu di sisi danau penantian.

Tidak ada komentar: