Cerpen seperti apa kamu suka?

Senin, 11 April 2011

H-U-J-A-N

oleh Dini Halimah pada 31 Maret 2010 jam 10:49
Selasa 30 Maret 2010
17.00 WIB

Kukendarai sepeda motorku menerpa kabut tebal sore itu. Tetesan demi tetesan air liur langit membasahi. Dingin menusuk pori-pori. Biasanya aku akan tersenyum riang menyambutnya. Kemudian aku akan membayangkan bagaimana aku semasa kanak-kanak dulu. Berlari2 riang di tengah hujan bersama teman-teman seumuranku yang lain. Kadang dengan nakal kuperciki mereka kubangan air yang kuhentak2an dengan kaki, lalu aku akan berlari sekencang angin menghindari mereka yang merasa kesal dengan ulahku. Aku akan terkekeh mengingatnya, teman-teman kecilku entah di mana mereka sekarang.

Sore ini hatiku begitu mendung, semendung langit yang menyelimutkan kabutnya di udara. Rapuh yang kurasa. Air mataku terasa memberikan kehangatan tersendiri, ketika seluruh pori-poriku telah dikuasai oleh dinginnya hujan. Sama seperti air mataku siang itu. Ketika dengan jelas kudengar kata-katamu meberikan sebuah pilihan dan batasan. Sakit... entah di sisi mana yang sakit. Cukup hujanlah yang tahu bagaimana akhirnya aku memilihnya.

Terakhir aku menatapmu, kau masih tampak acuh dengan segala ego seperti saat pertama kali aku melihatmu. Aku tersudut oleh sebuah pilihan akhirnya. Seandainya kau tahu betapa aku sangat membutuhkanmu saat itu. Mengharapmu merengkuhku, menenangkanku ke dalam pelukmu yang erat, atau sekedar berkata "udah kamu tenang dulu di sini, nanti kubantu." Seandainya dan seandainya yang kuharapkan. Aku masih tersudut bisu di pintu itu, menggemakan kembali kata-katamu yang tegas dan acuh. "Kalau amu mau pergi dari sini silahkan, aku gak akan ngekang amu.Tapi ingat... sekali amu melangkahkan kaki dari sini, mending selamanya gak usah kesini lagi!"

"Seperti itukah caramu menghadapiku?Menghadapi calon istrimu? Menghadapi org yang kau sayangi??Benarkah kamu sayang aku?Siapa aku dihatimu sebenarnya??" pertanyaan itu meluncur, menggerogoti sendi kakiku, membuat hatiku rapuh, dan hanya mampu berteriak dalam hati. Aku masih tersudutkan diam menatapmu yang masih acuh dengan layar di hadapmu. Berdiri kaku di ambang pintu. "Ya Allah, apa yang harus kulakukan sekarang? Haruskah aku meninggalkannya?Meninggalkan seseorang yang sangat aku inginkan sejak aku pertama menatap sorot matanya... Mata yang kini tajam menyerangku dengan egonya. Apa yang harus kulakukan?Aku lelah... aku gak sanggup lagi... masih banyak yg harus kuhadapi hari ini... dompetku, KTP,SIM,STNK,KTM,ATMku... bagaimana aku harus mengurusnya, aku kehilangan semua identitasku sekarang, teman-temanku masih menungguku di GSG untuk rapat reuni, aku juga belum menyiapkan materi apa2 untuk les privatku sore ini, aku juga belum mengisi daftar harga dari calon pembeli hardware, arrrghhh...aku pusing...aku harus ke kantor polisi untuk laporan kehilangan sekarang juga, tapi aku gak punya uang, aku gak pernah ke kantor polisi sebelumnya, aku takut, bagaimana nanti kalo dimintain uang sukarela ato apalah?aku bingung... aku harus minta tolong siapa? aku mau pulang... tapi orang tuaku pasti hanya bisa menyalahkan atas keteledoranku, hanya memarahiku tanpa bisa berbuat apa-apa. Kakakku masih sibuk dengan istri yang baru dinikahinya sebulan yang lalu, aku tidak berani mengusiknya. Sementara laki-laki yang kusayangi malah memberiku sebuah pilihan yang menyakitkan. Ya Allah, benarkah laki-laki ini yang akan menikahiku nantinya? Haruskah aku memohon pertolongan pada orang yang kini mengacuhkanku? Haruskah... ah aku bingung... aku merasa benar-benar sendiri sekarang." Aku hanya bisa berkata dalam hati, dalam hati yang kian rapuh... lalu akhirnya keputusan itu yang kuambil.

"Bin...maafin aku klo selama ini banyak salah." kataku akhirnya terlontar juga. Kulangkahkan kakiku yang terasa ngilu keluar. Biarkan hujan menyelimutiku, karna hanya dialah temanku sekarang. Dalam kesendirian dan ketakutanku, aku masih berharap kau mengejarku, mencegahku pergi. Ah sudahlah, dia tidak akan peduli dan tak kan pernah peduli. Aku harus kemana sekarang. Aku bingung... kubiarkan tubuhku basah kuyup oleh hujan. Seandainya kakakku ada di sini...... Aku rindu kakakku...

Tidak ada komentar: