Cerpen seperti apa kamu suka?

Senin, 11 April 2011

Baju Baru...

oleh Dini Halimah pada 14 September 2009 jam 9:16
Aku menunggu cahaya keemasan membumbung di ufuk barat, menandakan maghrib akan segera tiba. Dan detik pun terus mengalir lebih cepat dari air... Tanpa bisa kucegah, tanpa bisa kuperlambat, apalagi kuhentikan. Aku masih menanti sebuah saat yang dinanti umat Muhammad untuk melepaskan dahaga mereka dalam perjalanan yang singkat nan lama.Ada titik-titik peluh, keluh, di antara rasa haus dan lapar yang meronta. Teringat saat aku menangis tersedu-sedu di dalam kamar 15 tahun silam. Ketika orang tuaku tak bisa membelikanku baju baru selayaknya teman-teman sebayaku di hari yang mereka sebut suci. Semakin lama dan keras aku menangis, aku semakin lelah menanti kapan kecewa itu akan berhenti. Tapi tangisku tidak mengubah keadaan juga. Lalu kuputuskan untuk berhenti menangis. Dan ketika hari raya tiba,aq terpaksa mengenakan baju lebaran tahun sebelumnya. Ah, itu hanya masa lalu pikirku. Sekarang aku sudah dewasa, dan tentu saja sudah bisa mencari uang sendiri untuk membeli baju baru. Teriakan ibu dari dalam rumah membuyarkan lamunanku. Adzan maghrib telah dikumandangkan beberapa detik yang lalu. Segera aku berlari ke arah ibuku yang tengah menyodorkan segelas es buah ke arahku. Entah kenapa es buah bikinan ibu terasa begitu nikmat dan manis. Aku pun tertegun. Pasti di luar sana masih bnyak anak2 yatim piyatu yang menangis bukan hanya karena masalah baju baru,tapi karna rindu kasih sayang ayah dan ibunya.Alangkah beruntungnya aku yang masih memiliki kedua orang tua. Kasih sayang mereka tak dapat tergantikan olehi berapapun bnyaknya baju baru di dunia ini ...

Liontin hati

Mlm makin terasa larut.Mataku pun pedih menahan kantuk.Dan suaraku mulai trdengar tak karuan d antara ayat suci yg sdang q lantunkan.Akhirnya Q ptuskn utk menyudahi tadarusku.Q baringkan tubuhku d antara lelap yg mulai menggoda.Lalu kupejamkan mata.
satu detik...satu menit...dan pd menit ke 7 q bk lg mataku.Pikiranku menerawang tak trbentuk.Hingga akhrnya mataku trtuju pd sbuah plastik kecil yg kugantung d sudut tembok kmar.Q raih plastik it,dan q temukn kotak kecil d dlmnya.ku bka& q dpti 1 buah kalung hti


Q amati lekat2 kalung itu.rantainya nampak putus.ada liontin stengah hti d bandolnya.sbuah liontin yg mungkn tak kn pernah q lupa.aq prnh membelinya kira2 setahun yg lalu.dan q berikan separuhnya untuk dia.Mungkn harganya tak sberapa,tp liontin it adl separuh hatiku utk dy yg pernah ada.Sampai akhrnya waktu mematahkn rantai dan hati yg saling trbelenggu.Aq trcekat mengingatnya. dan q biarkn air mataku mengalir lg...

Waktu


oleh Dini Halimah pada 26 September 2009 jam 12:40
Setengah empat sore, seperti biasa kukemasi barang-barangku untuk bersiap-siap pulang ke rumah. Tampak mas Husni sudah siap menggantikan shiftku sore ini. Aku pun bergegas ke lantai atas menuju mushola yang letaknya berada di lantai 2 warnet tempat kerjaku. Sambil menunggu jemputan, aku lebih memilih sholat Ashar dlu agar tak ada lagi tanggungan.

Kalau dulu, biasanya setelah shalat aku komat-kamit membaca serentet doa kayak membaca daftar menu plus makanan ^0^. Tapi entah kenapa, akhir2 ini semangatku untuk berdoa terasa hambar. Aku masih linglung dengan sebuah tujuan. Setelah aku berdoa untuk kedua orang tuaku,lalu ku putuskan untuk langsung turun menuju lantai satu menemui kakakku yang ternyata sudah menungguku.

Perjalanan pulang ke rumah terasa singkat, meskipun sebelumnya harus mampir2 ke toko untuk membeli segala pesanan ibu. Sampe di rumah, langsung ku ambil sepiring makan siang sebanyak2nya ^0^... aku makan dengan lahap dan trus pergi mandi. Usai mandi biasanya adekku menyita banyak sekali waktuku untuk mengikuti segala permintaannya. Sebelum aku marah2 gak beraturan karna diganggu, mending aku ikuti kemauannya untuk bermain, ato sekedar menemani dia nonton film kartun.

Tak terasa maghrib pun cepat sekali berlalu. Usai sholat, aku langsung menyelinap ke kampus sambil menenteng notebook kesayanganku itu beserta rol n chargernya (ribet bgt bawanya kyk anak ilang lah pokoke). Di blakang kampus teknik mesin undip tepatnya aku mulai fokuskan tugas2 kuliahku sambil berselancar di dunia maya. Selang beberapa menit Ana, dan Dwi kakaknya juga ikut menyusul untuk gabung hotspotan, disusul juga kakakku yang akhirnya membuyarkan semangatku untuk menyelesaikan tugas.

Waktu terasa begitu singkat. Hanya sedikit dari setumpuk tugas yang bisa aku kerjakan bersama kakakku saat itu. Akhirnya setelah pukul 11 malam q putuskan untuk pulang ke rumah, begitu juga dengan kkq, ana, dan juga dwi.

Usai sholat Isya', ku rebahkan badanku di kasur. Semangatku untuk tadarus seperti biasanya, sirna ketika rasa kantuk mulai menyerang. Sebenernya ingin sekali ku raih Al-Qur'an itu untuk menyembuhkanku, tp ternyata lelap tidur telah melahapku ke alam mimpi. Setengah lima pagi aku terbangun dari tidur dengan sembab. Air mataku mengalir lagi. Rasa sakit yang kurasa selalu saja muncul lagi ke alam mimpiku, menekanku dari segala arah, menempatkanku pada posisi yang salah, dan akhirnya memaksaku menangis. Entah sudah berapa tetes air mata kuhabiskan setiap pagi dalam keterjagaan tidurku. Penghianatan, tuntutan, dan tekanan dari orang-orang yang kusayangi membuatku seperti seorang napi dalam kehidupan. Lalu kuambil air wudhu untuk sholat Subuh.

Kubacakan surat Yasin untuk almarhum nenek dan kakekku. Sebersit ketenangan mulai menyelimutiku. Kemudian aku mandi untuk siap-siap berangkat kerja seperti biasa.

Dan akhirnya kulewati hari-hari yang sama untuk waktu-waktu selanjutnya. Kadang aku berpikir sampai kapan waktu akan meregangku dalam kesibukan ini. Dalam pelarian yang tak mungkin aku hindari. Dalam air mata yang slalu saja mempunyai stok untuk tetap mengalir setiap hari. Dalam kekalahan yang harus aku akui. Aku kalah dan aku mengalah pada waktu.....


"Aku tak ingin hidup, seandainya bisa mati..." (Coretan Tangan Riri:2006)

My Chatting Friend


oleh Dini Halimah pada 28 September 2009 jam 16:33
Pikiranku kacau, setelah berantem dgn seorang cow yg sampai saat itu masih menggantungkan statusku. Aku bimbang, rasa bosan mulai menyergapku. Aku ingin sekali online dan mencari tahu apakah yang lain sudah mengetahui hubunganku dgnya. Aku takut sekali dia membenciku >,< . Setelah dy berhasil memergokiku menceritakan semuanya ke kk angkatku, dia tampak marah besar. Aku juga g habis pikir, dia bersikap seolah-olah malu punya cew seperti aku. Aku sadar aku memang g punya kelebihan apa2 dan g pantas untuk disayangi, sampai akhirnya q putuskan untuk mengahiri semuanya. Aku aktifkan kartu adekku yang dia berikan tadi pagi. Masih ada sisa pulsa cukup untuk mengirim 1 sms :D . Lalu kudaftarkan nomornya di mig33 dan setelah pertimbangan yg cukup lama jadilah sebuah username "camelia_belia". Dengan begini aku bisa memantau situasi tanpa diketahui siapapun. Aku pun langsung menggunakan nick itu tanpa pikir panjang. Ku tuju room langgananku Semarang Police untuk melihat situasi. Kucari nicknya, tetapi tidak muncul juga. Ah, ternyata dia bener2 nepatin janjinya, ga bakal ol klo sampe ada ank SP yg tau >,< Hatiku sakit.

Seperti biasa room ini dipenuhi banyak sekali cew termasuk n0na yang slalu kres ma aku. Susah mendamaikan 2 kutub yang sama. Ada seorang cew yang mencari2 pol di sana. Aku pun ikut2an bersikap sama. Aku kowar-kowar di rum pura2 mencari2 pol untuk meyakinkan yg lain bahwa aku bnr2 ank baru ^,^. N0na menyahut:"Cari pol kok di sini, di kantor pol itu lho banyak". Sementara yang lainnya ada yang menyahut: "Itu lho Ray_blue satpol PP kalau mau :D" Ada juga yg bertanya2 siapa camelia_belia itu sebenarnya. Banyak sekali cow yang pv aku termasuk Ray_blue untuk menanyakan jati diriku ^0^ dan aku pun bersandiwara layaknya aktor yg menjiwai perannya dalam film. Foto diprofil kuambilkan dari friendster, ntah itu fotonya siapa, q jamin pokoknya cantik ^,^. identitas pun kutulis lengkap. Banyak juga yg curiga kalau itu identitas palsu, termasuk Ray_Blue. Dia pv aku, menanyakan nm lengkapku. Ku jawab Camelia Putri Safitri (Nm yg sempurna bkn ^0^ hohoho). Asal? Semarang. Semarangnya mn? Banyumanik? Sebelah mana? Jalan ulin utara no. 143 jwbku singkat padat jelas (:D itu rumahnya siapa y?). Kul dimana? undip.Jur?Fisika.Semester?3.Itu fotomu?kujawab ya. Aku gantian bertanya..kamu sendiri ngekostnya dimana? dy jawab bulusan. Hah? kok deket? (aku jd penasaran :D) Alah km paling bohongin aku, ngaku saja km cow tow? Aku jwb: Sumpah aku cew asli (mang aku cew kn??? xixixi). Yaudah kita ketemu di GSG nanti jam 9 gmn? Ok,aku setuju. jwbku singkat. Sekarang mn nomermu? aku gelagapan...sambil meres otak(duh nmrnya adekku td berapa ya?>,<) Lalu aku bertaktik minta dy duluan yg kasih nmr.Hbs itu q sms dy dgn nmr adekq dgn pulsa yg tgl satu2nya itu.Dan tiba-tiba dy lgsg menelpon. Kujawab dengan agak manja, halo? (jujur, kbohongan tuh bener2 kyk uji nyali) Dia sepertinya kaget mengetahui yg ditelponnya bnr2 cew. Oh maaf aq td ksr,td q kira kamu temenku yg pngn ngerjain aku. Q jwb lg dgn manja:kamu sih ga percayaan? Dy:Hehehe, lha ini kamu lg apa? Aq:lg luluran.Dy:kok ga kul? Aq:kn lagi libur (aku taw dari ank kostku)Gimana nanti jadi ketemu?aq:Hmm... kupikir2 dulu yah.. nanti ku kbrin deh klo jd.Dy jwb: Ok..q tunggu smsnya, aku tak mandi dulu.

Setelah itu tlp mati. Kartu adekku kuambil dr HP dan langsung kupatahin. Duh, aku ktawa geli, juga ngerasa ktakutan krn bohongin org yg blm bgitu q knl >,<. Wkt mnunjukkan pkl 9.Q gunakan pcku untuk ol lg dgn nick camelia_belia. Ray_blue tidak menunjukkan tanda2 ol. Lalu akupun kowar-kowar di rum klo lg nungguin Ray_blue di GSG, tp dy ga datang juga (pdhl Ray_blue blum q konfirmasi untuk q ajak ktemuan,jht bgt aq). Smua ini kulakukan untuk meyakinkan pd yg lainnya bhw camelia_belia bener2 ada, dan dgn tenang aku bs nyembunyiin identitas asliku dan bebas memonitoring keadaan.

Beberapa minggu kemudian masalahku dgn cow yg kini berubah status sbg shbtku selesai sudah. Nick camelia_belia kutanggalkan begitu saja. Tapi rasa bersalahku pada ray_blue tak kunjung hilang. Aku ol dengan nick biasaku Andini_cute88 (cute nya kebohongan public jarene mas bujang ^0^hohoho). Aku sngaja ol nunggu dy ol, untuk minta maaf. Tapi slm berhari2 aku tak kunjung menemukan nicknya di SP. Sampai suatu hari akhirnya aku menemukannya. Tnp pikir panjang lgsg ku pv. Aku:Kenalin namaku dini. Ray_blue:dah kenal.Aq:hah?kapan?dmn?.Ray_blue:kwe kn cah earlynet tow?Aq:lho?km tau aku drmn?Ray:bukane mbiyen aku tau pv kuwe?Aq:owh sory lupa(kapan yo?lali aku)Aq: lhakok gag dolan warnetku? Ray: ya bsk kapan2, aq masih sibuk owk.

Beberapa wktu lamanya tiba2 HPku dihubungi Ray_blue. Dengan bingung dan bertanya2 q angkat juga tlp itu. Ray:Din km d mana? Aq:di warnet... Ray:aku mau ke tempatmu.Aq:Deg...(jantungku seakan berhenti) mau apa? (dg prasaan tkt) Ray: mo ngenet.boleh ga? Aq:Ya boleh to, ksini aj aja.Detik2 menunggu dia seakan eksekusi hidup dan mati (hayah lebay ah ^,^).Hpku berbunyi lagi. kali ini sms dari Ray_blue: din aku dah di depan warnetmu. Aku mantapkan langkahku untuk membuka pintu warnet. Kutemui sosok tubuh tinggi kurang lbh 175an berdiri tepat di sebelah kanan warnet (pantes dr dlm aku ga liat T.T).Kulitnya sawo matang sama kyk kulitku. Manis, raut mukanya tampak seperti seorang cow yg baru saja lulus SMA dan menunjukkan wajah yg teduh nggak terlihat kyk brandalan ato cow nakal, sesekali dia tertunduk dengan seutas senyum di bibirnya (Owh ini tow cow yg d sebut2 satpol PP ama ank2, gumamku dlm hati).Aq: hei...udah lama? sapaku (tak manis2ke) ray:brusan nyampe ini owk (dengan tampang agak ngliat ke arah parkiran trus tangannya memberi tanda ke arah mobil).Tiga org cow muncul dari dalam mobil Daihatsu Fourtrak klo ga salah. Sementara aku bertanya2 siapa mereka.Aq:Sopo kui? (dengan wajah panik).Ray:konco2ku.Aq:Pol?cah SP? Ray:Orak mrk konco ndesoku, penduduk sipil :D. Aqpun tersenyum lega. Kupersilahkan mereka masuk.Q tawarkan smoking area di lantai 2 untuk mereka gunakan. tp ray mlh duduk d depan meja biling sementara tmn2nya disuruhnya ke atas duluan, seakan dy ingin ngobrol lbh lama (akune ceng kegeeran paling).Tapi tmn2nya ga brani, akhirnya q anterin mereka berempat ke lantai dua, sambil q bwain 4 teh botol. di tangga ray blue bilang:weiss...Bunda Reika.Aq:hehehe (aku tersenyum lebar)nm aslimu siapa tow mas?Ray:agung (aku tersenyum) kmudian qt bercakap2 bnyk.Karna tkt mengganggu q putuskan untuk ke lantai 1 memberesi barang2ku untuk plg. (maklum dah jm 4an sore wkt it). Sambil menunggu kkq aku nggunain kubu nmr 4 untuk ol mig33. Tapi trnyata ray blue malah turun smbil sibuk telpon. Selesai telpon dy q persilahkan duduk d sampingku. Qt ngobrol bnyk, sementara q sambi chatingan. Di rum Sp q bilang ke ank2 klo lg kdatagan tamu mas Ray.dan disitu jg ada n0na. Ray:lho km ngumung ke ank sp tow klo aku d sini?aq:Lho km ol juga tow? :D Ray:gag, ni nona sms.Aq:degh... owh maaf, aku ga tau.maaf klo aku ganggu hub kalian.Ray:gag kok, dy ga ada hub apa2 ma aku cm tmn, sring curhat2an.Aq:owh...gt (lega). Pembicaraan selanjutnya dy tanya2 soal knp aku dan nona ga prnh bs akur.

Tiba-tiba kkq datang hendak menjemputku. Aku kaget, dan lgsg berpamitan ma Ray untuk pulang skalian minta maaf atas camelia belia. Sebenernya yg pke nick camelia tu aku.Dia tampak kaget lalu menunjukkan wajah shock sambil menutup wajahnya dngn kedua tangannya. Aq pergi begitu saja mengikuti lngkah kkq. Diperjalanan aku mengirimkan pesan untuknya, sebuah permintaan maaf. Dan pesan blsan darinya yg tampak marah dari kata2nya.Ray:kamu kok tega bgt tow ma aku?aku salah apa ma km?aku aja gak pernah njahatin kamu kok kamu kyk gini ke aku.Aq:maaf mas..aku akui aku salah, makanya aku minta maaf.kamu boleh marah ma aku, asalkan km maafin aku. Sampe d rumah persis dia lgsung tlp aku. Ray: Kalau km bener2 niat minta maaf skr juga q tunggu di dpn GSG UNDIP.Aq:degh...aku mo diapain (dgn suara memelas).Ray:nraktir aku tow ya, kn lumayan jagung2 bakar yo rakpopo.Aq:Owh, tp aku durung adus...nembe tekan umah ki.Ray:Hayah, lha emange aku wes adus? cepet, niat minta maaf pora? Aq:yo2 sek diluk sabar, enteni aku...

Setelah kabur membawa motor kawasaki kkq, aku tiba juga di depan gedung GSG. Di sana q lihat teman2 ray sudah berdiri di lapangan, sementara aku ga melihat sosok ray_blue d antara mrk. Melihatku, mereka langsung mengarahkan telunjuknya ke arah ray_blue yg lagi sibuk telpon di dalam mobil. Aku rapatkan motorku d dekat mobilnya. Aq terdiam sambil harap2 cemas ktakutan menunggu dy selesai tlpon. Dia keluar dari mobil juga akhirnya. Menatapku yg lagi kebingungan dengan wajah tenang. Q beranikan diri untuk menatap matanya. Dan akhirnya dia tidak bs menahan senyum gelinya, mengingat kelakuanku. Tapi kemudian dy buru bersikap sok tegas lg (aku tahu dy bukan tipe cow yg bs marah). Dy minta aku menjelaskan smuanya, dan q jelaskan apa adanya. Lalu dy menyuruhku pulang.Ray:yaudah sana pulang.Aq:lha traktiranya? (sambil kbingungan).Ray:emange aku matre?! Aq terdiam sambil tertunduk. Ray:kenapa?km dah kumaafkan, lhakok gantian kamu yg ga ikhlas dimaafkan??Aq ttp diam tertunduk.Lalu dia pelankan nadanya...Ray:Sana pulang, nanti dicari ibuk.Lagian kmu kan ga boleh kmn2 tow? Lalu aku tersenyum, q tatap wajahny Aq:kamu ikhlas maafin aku?.Dia mengangguk dan menjabat tanganku. Lalu aku pulang.

Hari2 berikutnya aq diejek2 anak d rum apalah, masa bodoh buat aku. Aq ga peduli Ray berkata apa ke ank2 SP, yg jelas aku dah ga pny tanggungan ma siapa2. Kadang aku pvnan ma dy dengan nada2 yg saling mengejek. Kadang dia sengaja gc kan aku ma nona. Bilangnya sih mau mendamaikan, tp klo menurutku justru tujuan dy ingin mengadu kita agar perang ramai >,<. Tp entah knp, stelah itu nona mengirimkan coment d fsku yg berkata "qt semua teman..aku ga marah ma km kok".Aq seneng bgt wkt itu merasa d terima.

Suatu hari Ray telpon aku. Dia bertanya2 soal harga flashdisk. Katanya komandannya mau beli FD. Dan aku diwanti2 dy untuk melayani komandannya dengan baik. Hari yang dijanjikan datang juga. Dua orang polisi bersragam lengkap datang ke warnetku(Aq berpikir...kok ga pake sragam satpol PP ya???). Karna tuh komandan ga biasa ke warnet, mereka tampak bingung, masuk warnetku langsung menyodorkan HPnya ke aku (ternyata aku d suruh bicara lg ma ray_blue ^_^).Setelah acara promosi ke dpn bpk polisi, transaksipun berjalan mulus. Mereka berdua pulang sambil sblmnya memberikan rayuan2 gombal.
Dua hari berikutnya Ray telpon lagi.Ray:Haloo sayang.Aq:jiah...enak2an ngundang sayang, emange aku opo?? .Kemudian dari seberang sana terdengar suara yg ga jelas dan ray menjawab:Ini lho pak dari dini yg di tembalang kemarin itu lho.Ray:din entuk salam sko komandanku.Aq:hayah opo tow, yo suk jak dolan mrene meneh to ben biasa neng warnet :D.Din suk aku meh ning gonmu entuk rak?Aq:meh opo?Ray:q meh tuku flashdisk, nek ito ngenet sisan.entuk rak?Aq:yo entuk2 ae tow, dateng aja :).Lha emange we tuku flashdisk harang nggo opo?Ray:yo nggo nyimpen macem2 tow, aku kn kuliah, trus nggo nyimpen windows 7 harang.Aq:kapan mau kesini ne?Ray:besok sore, jam 3-4an.Aq:ok ...aku tunggu....

Hari yang dijanjikan pun tiba...Q tunggu dia sampai sore, tetapi tak kunjung datang juga. Tiba-tiba HPku berbunyi. Ada sms dari Ray_blue: din aku ga jadi ke situ, lg ada keperluan mendadak...maaf yo... smsnya ga kubalas.

Pagi hari yang cerah. Aku sedang bersiap-siap berangkat kerja. Kulihat ada mobil kijang d depan rumahku. Ternyata pakdheku yg di Sala3 datang. Tiba2 HPku berbunyi. Q lihat sms dari Hevy:Din mas ray meninggal dunia tadi malam. Aku kaget, shock dan nggak percaya. Dalam perjalanan ke warnet dianterin Pak Dhe, aku telpon hevy untuk memastikan yg dimaksud benar-benar mas agung. Dan dari penjelasan hevy yg agak ga jelas, memastikan bahwa yg meninggal tadi malam mas agung dalam sebuah kecelakaan di ADA Setiyabudi.Aq tidak menyangka kalau kemarin adalah sms terakhirnya. Di rum SP suasana tampak berkabung mengenang ray_blue. Di room inilah aku mendapatkan keterangan yang lebih jelaas, ray meninggal dlm kecelakaan saat dalam perjalanan mengambil darah untuk saudaranya. Sungguh tragis.Dan aku bru tau juga klo ray_blue tu pol semarang selatan bukannya satpol PP (dudul ikh aku nembe nyadar saiki T_T).Lalu mas Dayat (mantanku yang d polsek mijen) telpon ngajakin ngobrol spt biasa. Aq pun memotong leluconnya:mas, kenal ray_blue g? sing sering ngemig ning SP.Dayat:Rak patek reti dhek..lha nopo?Aq:alah mas agung kae lho.pol semarang selatan, sering ngerum owk.Dayat:wonge ndak cilik, duwur ireng kae? Aq:huem, kenal tow?Dayat:heh???mosok tow dik wonge ninggal...dheke kan koncoku sak lething...mbiyen sak barak karo aku yow. Turu karo aku mbiyen.Mosok tow??aku rak percoyo?Aq:he'eh mas,owh dy sak lithing karo kuwe tow?kok iseh kethok nom?dy kcelakaan semalem d Ada stiyabudi jarene cah2, meh golek darah nggo sedulure jare >,< .....Mas dayat tampak panik, dia tanya dari mana aku dpt info itu. Q jwb dari hevi.Kmudian mas dayat minta nomor hevy dan mengakhiri pembicaraan...

Ga nyangka waktu begitu cepat menyandarkan tubuh kita pada kematian. Aku tercengang atas peristiwa itu. Dan ini persembahan terakhirku untuknya, untuk mengabadikan kenangan sahabatku yg secara singkat ku kenal dan pergi meninggalkan kita semua dengan singkat pula...


----------------Dedicated to Alm. Mas Agung Pol Semarang Selatan----------------------------



Dan aku masih di perantauan...
duduk termenung pada waktu yang binasa.
Pada pagi yang tak pernah lagi kulihat cahayanya,
pada tawa yang tak lagi ku dengar,
pada ibu yang karenanya aku di sini.
Aq sadar....
Aq tak akan pernah kembali.

Kiamat


oleh Dini Halimah pada 15 November 2009 jam 20:58
Dulu ktika org tuaku brcerita ttg akn adanya hr kiamat,pikiran kecilku berputar mencari cara kmn aq akn sembunyi.Mencari planet lain ato mungkn menggali tanah utk menyelamatkn diri.Bgitulah pikiran polosku saat itu. Seiring kdewasaanku,ktika kusaksikan kematian kakek dan nenekq,aq trtegun.Q amati jasad mereka lekat2.Hatiku brtanya-tanya,'apa yg saat ini kau rasakan,kek?'Kuraba dahinya.Dingin.Sejak saat itu,aq mengurungkn smua rencana plarianku.kmanapun aq smbunyi,jika wktny maut pasti mnemuknku.cpt ato lmbt

Hurt.........


oleh Dini Halimah pada 18 November 2009 jam 9:28
"Yayak"
Cuma nama itu yang aku ingat kembali setelah 4 tahun lamanya ku lupakan. Tanggal 16 November kemarin pun aku tidak mempunyai nyali menyampaikan sebuah ucapan selamat ulang tahun untuknya. Hanya kata "lupa" yang berani kuucapkan di bibirku.

Melalui sebuah situs jejaring sosial di internet aku menemukan kembali sosoknya. "Aditya Dian" itulah nama yang tercantum di situ.Entah siapa nama lengkapnya dulu. Ku putar otakku semakin keras untuk menemukan kembali nama terakhirnya, tapi yang kuingat hanyalah sebuah luka. Luka yang kugoreskan untuknya atas ketidakmampuanku...

Seragam taruna yang melekat di tubuhnya, membuatku pangling akan sosok laki-laki yang dulu pernah ada di hatiku. "Met kenal ya..." ku suguhkan comment di profilnya atas ketidaktahuanku. Comment balasannya pun tidak lama menyusul,"Dini sudah lupa ma aku to?".
"Maaf, apa sebelumnya kita pernah kenal ya?" tanyaku kemudian. "Pernah, kita pernah kenal. Deket malah.Aku aditya din. Kamu sudah lupa ma cowok kamu dulu?" jawabnya.

Aku tertegun menatap baris demi baris dari komentar itu. Segera kubuka kembali profilnya. Kubaca lebih detail asal usulnya. Kuamati lekat-lekat foto yang ada di situ. Hanya ada foto orang-orang berseragam yang tidak begitu kukenali. Sampai akhirnya kutemukan sebuah foto lama yang mengingatkanku padanya. Foto seorang cowok gendut polos, dengan kulit sawo matang yang membungkus tubuhnya. Mengingatkanku pada air mataku yang menetes ketika kuputuskan dia begitu saja. Hatiku sakit. Tapi aku tahu, dalam hal ini dialah yang paling terluka. Aku hanya bisa menangis di dalam kamar ketika tahu motornya mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang, setelah mendengar kata2ku yg begitu menyakitinya. Dan aku berusaha melupakannya. Melupakan semua tentang dia, tentang candanya, cita-citanya, dan juga namanya hingga 4 tahun ini.

Waktu itu orang tuaku melarangku pacaran dengan anak seumuranku. Ga ada masa depan menurut mereka. Mereka menginginkan yg terbaik untuk masa depanku, tapi tidak pernah memikirkan perasaanku. Kenapa aku harus menjalin hubungan harus dengan orang yg sudah dewasa dan mapan jika perasaanku sendiri nggak mengarah ke sana?

Akumasih ingat betul ketika Yayak dengan polosnya bicara pada ayah, "Aku sayang dini pak, aku cinta ma dini" Dan ayahku dengan enteng menjawab,"Nikahi anakku sekarang berani kamu?"
Dan diapun hanya bisa terdiam. Aku terlalu pengecut untuk membelanya. Aku anak yang patuh dan sayang orang tuaku. Aku tidak boleh menyakiti atau pun mengecewakan mereka. Aku hanya bisa tertunduk dan diam membisu. Apa toh yang bisa diharapkan dari anak kelas 2 SMA saat itu? Aku takut membebaninya lagi. Kuacuhkan dia ketika mati-matian mencari kerja. Tingkah lakuku mungkin sangat menjengkelkan baginya. Berharap dia membenciku dan melupakanku. Aku pura-pura tidak mengenalnya. Kubilang padanya aku punya pacar baru. Berharap dia tidak memikirkanku lagi. Hingga akhirnya namanya benar-benar tertelan waktu.

Sekarang dia tampak lebih gagah dengan seragamnya. Mungkin sekarang dia sudah berubah. Tampak banyak sekali gadis-gadis cantik yang antri mengirim comment di dindingnya. Sedangkan aku, masih menjadi seorang pecundang seperti dulu. Berdiam diri akan semua belenggu yang dikalungkan di leherku. Terpaku ketika ayahku berkali-kali berkata, "Punya anak perempuan adalah beban yg berat bagi keluarga. Salah melangkah sedikit saja, hanya akan mencoreng nama orang tua."

Aku pun masih pengecut untuk bertemu dia lagi. Banyak ketakutan yang bergerumul di hatiku. Dan aku memang tidak pantas lagi untuknya, atas luka yang pernah kugoreskan dulu. Kubiarkan diriku tenggelam pada kesendirianku. Terdiam pada kegagalan cintaku yang lain, dan tetap terdiam melanjutkan hidup dalam kesendirian...

"Ya Allah, panjangkan umurnya. Berikanlah dia kesehatan, kebahagiaan dunia akhirat. Limpahkanlah rejekinya. Berikanlah dia jodoh yang berlipat-lipat lebih baik dari aku. Dan... bukakanlah pintu maafnya untukku... Amin"


HURT (Christina Aguilera)
Seems like it was yesterday when I saw your face
You told me how proud you were, but I walked away
If only I knew what I know today
Ooh, ooh
I would hold you in my arms
I would take the pain away
Thank you for all you've done
Forgive all your mistakes
There's nothing I wouldn't do
To hear your voice again
Sometimes I wanna call ya
But I know you won't be there

Ohh I'm sorry for blaming you
For everything I just couldn't do
And I've hurt myself by hurting you

Some days I feel broke inside but I won't admit
Sometimes I just wanna hide 'cause it's you I miss
And it's so hard to say goodbye
When it comes to this, oooh yeah

Would you tell me I was wrong?
Would you help me understand?
Are you looking down upon me?
Are you proud of who I am?

There's nothing I wouldn't do
To have just one more chance
To look into your eyes
And see you looking back

Ohh I'm sorry for blaming you
For everything I just couldn't do
And I've hurt myself, ohh

If I had just one more day
I would tell you how much that I've missed you
Since you've been away
Ooh, it's dangerous
It's so out of line
To try and turn back time

I'm sorry for blaming you
For everything I just couldn't do
And I've hurt myself by hurting you

Pantun Istimewa


oleh Dini Halimah pada 26 November 2009 jam 10:56
Sore hari sepulang aku dari kerja, seperti biasa Adil adekku yang paling berisik itu langsung membaur ke arahku sambil nggulet-nggulet kayak kucing :D. "mbak Dini...mbak Dini...Adil dapet PR mbak, tapi susah...." katanya sambil menghalangi jalanku menuju rumah. "Idiiihh, Adil minggir...minggir...mbak Dini mau lewat, capek tauu" gerutuku sambil berjingkat-jingkat menghindari adekku yang klo di depanku manjanya gak ketulungan itu. Tapi adekku masih juga menghalangi jalanku sambil sok-sokkan memohon agar aku mau menggubrisnya,"plis mbak...tolong mbak...bantuin adil ngerjain PR.." pintanya dengan tampang tak berdosa. Duh repot nih jadinya, mana badan capek gak jelas bentuknya gitu. "Adiilll...lepassin, mbak dini cappekk...ntar tow wong mbak dini naruh tas ajah belum ug dah digulet kyk gini!!" Pengen nyingkirin adekku tp aku gak kuat coz berat badannya lebih berat lima kilo dari berat badanku. Akhirnya kutempuh jalan tercepat deh, "Ibuuuukkk...ibukkk...ki lho adil bukkk aku meh lewat malah digulet koyo kucing...aaaarrgghhh". Mendengar teriakanku ibuku pun langsung tergopoh-gopoh dari warung, "Adil, nggak boleh kayak gitu ma mbak Dini!!Mbak Dini capek owg diganggu terus!" marah ibukku ke adekq. Dan Adil pun dengan sukarela melepaskan cengkeraman tangannya dari tubuhku (Hohohoho ^o^ kok jd kebalik gini keadaannya. Harusnya kn kknya yg dimarahin karna gangguin adeknya >,< LHA INI??? :D)
Setelah berhasil masuk rumah dan meletakkan tubuhku di kursi tamu, adekku pun mengikutiku dan membawa bukunya ke hadapanku. Kali ini dia nggak nggulet lagi, takut dimarahin ibuk :D hahahha."Mbak adil disuruh mbuat pantun, tapi adil nggak bisa. Gimana nih mbak, katanya bu guru pantunnya gak boleh sama." kata adil dengan tampang kasihan. Mendengarnya aku pun tersenyum. Teringat kejadian 11 tahun silam ketika aku duduk dibangku yang sama dan mendapatkan tugas yang sama. Aku kalang kabut semalaman sambil nangis karena seharian ngarang pantun nggak ada yang bener (maklum dari dulu sampe sekarang dini anaknya emang cengeng dan nggak berubah :D ). Tapi bedanya, adekku lom mau mencoba langsung tanya ama sang kakak tercinta... sementara dulu aku mikir habis-habisan merangkai kata sampai jam dinding menunjukkan pukul 12 malam baru nangis karna merasa gagal membuat pantun :D. Kebetulan ayahku datang waktu itu. Dan nggak sampai lima menit, jadilah sebuah pantun istimewa karya sang ayah. Aku sebenarnya malu membacakannya, tapi dorongan dan support dari ayahku lah aku dengan berani membacakannya keras-keras dan lantang di depan kelas. Pantun apakah itu? Check this out....

Manisnya jati setelah dipahat
Diambil dua dari almari
Menangis tak jadi karena melihat
Ibu hamil tua lomba berlari

Serentak seisi kelas tertawa terpingkal-pingkal mendengar pantun yang kubaca. Guruku pun Bu Suli namanya, tertawa nggak reda-reda juga. Semakin dia ingin berhenti, semakin lepas juga tawanya. Akupun tersenyum mendengar kejadian itu. Hari yang indah, lalu dengan semangat yang berapi-api ku dektekan pantun lucu itu ke adekku ^_^ semoga ada tawa hari esok

Ternyata Aku jatuh Cinta pada Tawamu....


oleh Dini Halimah pada 10 Desember 2009 jam 8:07
Yup...ternyata setelah sekian lama aku bertanya-tanya di mana cinta itu. Aku mencari-cari di mana salahnya.... Ternyata semua itu terletak pd tawamu. Aku jatuh cinta saat kau buat aku tertawa. Lepas tanpa beban. Seakan liku-liku waktu yg menyiksa dan kutahan sekian lama lenyap bergantikan sebuah warna. Aku tertawa mengingatmu... Kadang terkikik sendiri di dalam senyap waktu, ketika kuingat kata-kata konyol dari canda kita. Hanya tawamu yang kuingat... hanya makianmu yang kudengar... dan hidupku jadi lebih istimewa...

Hingga akhirnya aku sadar aku jatuh cinta. Aku terjepit diantara ruang waktu yg memisahkn hatiku dgn hatimu. Lalu malam kian larut menghantui rasa kehilangan. Air mataku mengalir akhirnya. Apa yg harus kuperbuat skr... bagaimana aku mengatakannya... sementara tubuhku terjerat belenggu...

Kau pun diam tiba-tiba. Tak ada tawamu lagi pagi itu dan hari seterusnya. Aku menghampirimu agar kita tertawa lagi. Tapi tak ada lagi yang sama... tak ada lagi yang alami... dan tak kan bs diperbaiki... Lalu dgn air mataku, kubentuk lagi tawa kita... dalam ingatan dan hatiku, dalam malam yg kian kelabu...

Semoga dengan jarak yg kubentuk ini, kamu masih tetap bs tertawa seperti dulu... seperti dalam ingatanku... seperti tawaku hari ini ketika aku mengingat tawamu...

Sepenggal Air Mata di Tengah Hujan


oleh Dini Halimah pada 15 Desember 2009 jam 18:16
Pandanganmu tajam masih tersisa diantara derit malam
Masih bisa kurasa di ujung helaian nafasmu...
Ada rona nafsu disana membelenggu
Mengalir menyisakan serpihan-serpihan rindu
Pahit, sakit, dan kecewa.........

Hujan mengalir lemah membentuk titik-titik jarum suntik yang menghujami bumi, dimana warnanya kian redup kian mati. Tubuhku masih terbaring kaku menahan sakit. Dan suara-suara itupun bernyanyi menyusuri semak, berkeliling disekitar kesadaranku, lalu menamparku pada sebuah kebingungan. "Las... lastri..." suara itu memanggilku lagi. Aku terperanjat ketika seorang gadis kecil cantik memandangku tajam. Tersenyum manis seakan memintaku mengejarnya, menemukannya di dalam persembunyian yang kelam, tapi aku hanya bisa terdiam kaku. Membiarkannya pergi menghilang meninggalkanku sendiri.
Sakit... seluruh tubuhku sakit. Kadang terngiang wajahnya yang bisu menikamkan luka dan cinta secara bersamaan di dadaku. Senyumnya masih begitu lekat di mataku. Bibirnya yg manis khas dengan aroma rokoknya masih terasa dilidah. Aku masih ingat betul seperti apa binar matanya ketika aku mengenalnya dulu. Seorang cowok dengan seribu pesona di mataku. Tawanya, senyumnya, syairnya, wajah tampannya, kepopulerannya di sekolah, hingga tubuhnya memikatku terlalu jauh ke dalam dunianya. Dunia yang terasa begitu sempurna bagiku. Cabut dari sekolah, menjadi wanita yang paling istimewa dalam hidupnya, mengikuti degup jantungnya melakukan hal-hal aneh, tertawa lepas bersama, menjadi tamu istimewa bandnya, dan menjadi ratu di dalam khayalanku sendiri. Aku terlena dalam cintanya. Dalam angan-anganku. Dan dalam kepekatan malam ini.
Lalu seorang gadis kecil tadi menghampiriku lagi. memanggil-manggil namaku dari balik hati. "Bangun!... bangun...!" begitu yang kuingat dari kata-katanya yang samar. Lalu mataku yang sembab itu pun terbuka. Tubuhku masih basah terendam air dan telanjang. Bau anyir darah di perutku masih menganga menyayatkan rasa perih yg tak lagi bisa kurasa di atas perihnya luka di dada. Sesosok pria tua memandangku terheran-heran. "Pak...tolong saya..." kata-kataku pun akhirnya keluar dari mulutku. Tapi dia masih terpaku memandangku dengan isi perutku yang tak karuan terburai keluar. "Pak...tolong saya.."pintaku sekali lagi. Lalu dengan singkat bapak itu melepaskan bajunya untuk menutupi tubuhku yang tak lagi berharga ini.
Tiba-tiba gadis mungil itu memelukku, menciumku, mengajakku menari di sebuah hamparan putih abu-abu. Dia tampak bahagia. Entah kenapa aku merasa begitu tidak asing dengannya. kubelai rambutnya yang tergerai panjang sebahu. Dan aku terkejut ketika kutemui wajah ibuku menangis sesenggukkan tepat di hadapanku. "Kamu kok bisa begini tow nduk.." keluhnya dalam tangis. Dokter memberitahu bahwa bayi permpuan di dalam perutku telah tiada. Hatiku terluka teriris pilu ketika akhirnya kuingat semuanya. Teringat sepenggal cinta dan selusin tikaman yang dia hadiahkan untukku dan untuk anak kami.

Didedikasikan untuk Gadis yang terbuang di sungai sekketok LPPU UNDIP Tembalang

.......................................


oleh Dini Halimah pada 22 Desember 2009 jam 21:53
Aku memandangmu jauh...
letih pada keheningan yang kita pungkiri bersama
"Kapan tawa kita benar-benar hadir kak?" aku bertanya padamu dengan pilu.
dengan pelarian pada siapa saja yang mau mengisi waktuku.
Dan yang kutemui hanyalah kelelahan,
ketika aku melukai diriku dengan cara melukaimu.
Maaf, karna aku tak akan pernah bisa memilikimu.........

Dan Ketika Ku Hapus Namamu........


oleh Dini Halimah pada 25 Desember 2009 jam 11:04
Sore yang sama. Ku kendarai motorku yang terasa berat menuju sebuah bengkel di pinggir jalan. "Kenapa mbak motornya?" tanya salah seorang teknisi bengkel. "kempes mas" jawabku lesu sambil mencari-cari tempat duduk yang pas untuk menunggu. Kulihat sebuah bangku panjang terbuat dari kayu di duduki oleh seseorang di sana. "Lho pak, ngapain kamu di sini??" tanyaku kaget ketika melihat Pak Said karyawan kantor sebelah warnetku sedang duduk di situ sambil pecingas-pecingis melihatku. "Biasa to... jadwal perawatan istriku.." kata pak Said sambil menunjuk motor JupiterZ merah yang sedang di otak-atik ama sang teknisi. "Lha kui motormu kenopo nduk?" tanya dia menambahkan. "Huh, keno santet kethokke pak. Padahal aku bar ngece motore koncoku ceng gembes ketubles paku pirang2, Eh...malah aku kuwalat dewe!" gerutuku nerocos ke arah pak Said, sambil membenahi posisi dudukku di sampingnya. "Mbak, ni ban dalamnya jebol kena paku, mending diganti yang baru aja" kata sang teknisi padaku. "Yaudah lah mas, lakukan aj terserah mau diapain tuh motor yang penting sore ini aku bisa pulang ke rumah." jawabku pasrah. "Tapi di sini adanya ban yang biasa ik mba, tak pasangin skalian 20 ribu ya mbak." kata sang teknisi. "Iya deh mas, ga papa, pasang aja." jawabku mantab sambil sibuk mengecek isi dompetku mencari uang 20 ribuan. Ternyata di dalam dompet merah jambuku itu hanya ada 6 lembar uang 50 ribuan, 3 lembar uang 5 ribuan, dan 2 lembar ribuan plus beberapa uang koin ratusan. "Duh...terpaksa mecahin yang lima puluhan deh" gumamku dalam hati.
"Eits" tiba-tiba lepaslah dompetku dari genggaman tanganku, dan kini berada di tangan pak Said. "Duh pak, jangan dilihat...malu aku ketahuan gak punya duit." kataku ke arah pak Said mencoba mengambil kembali dompetku tapi tidak bisa. "Sek...sek... siapa juga yang mau ngliat duitnya? Mau tak lihat ada foto siapa di dompetmu. Hehehehe" kata pak said riang. "Idiihh, nggak ada foto siapa-siapa,paling cuma temen2 sekolahku dulu...itupun cewek semua." kataku membela diri sambil berusaha meraih tu dompet. "Hayyoo, lha ini fotonya siapa?" tanya pak Said ke arahku sambil menunjukkan sebuah foto cowok berukuran 3x4 di tangannya. "Owh itu... hehehe...ini mah dah masa lalu pak.." jawabku santai. "eeehhh...jangan salahhh.Biasanya,foto seseorang di dompet menunjukkan bahwa orang tersebut merupakan orang yang paling berarti di hati." katanya dengan penuh percaya diri. "Kalo nggak berarti, ngapain juga foto itu masih kamu simpan di dompet?" tambahnya lagi. Aku hanya tersenyum tidak bisa menyangkal kata-katanya. Dan pak Said pun mulai nerocoss dengan teori-teori dan semua pengalaman hidupnya yang panjang dan lebar, sementara pikiranku melayang teringat kembali akan sosok seorang cowok di foto itu.
Yup, mungkin saat ini hanya ada ruang hampa di hatiku. Tapi sosok itulah yang mengawali semua kehampaan ini. Namanya sudah hampir terhapus, sampai akhirnya aku mengingatnya kembali ketika kupandangi foto itu. Short memory di kepalaku, sangat mudah sekali untuk menghapus setiap waktu yang tidak kuinginkan. Sangat sempurna untuk melarikan diri. Tapi luka didadaku tak akan lagi kubiarkan menganga. Sudah kusetting otakku untuk memaafkannya dan memaafkan diriku sendiri atas cinta yg tidak bisa kumiliki.
Jaket ungu pemberiannya masih sering melekat di tubuhku. Rukuh dan Al Qur'an yang ia berikan juga kusimpan rapi. Entah kenapa aku kadang tidak punya nyali menggunakannya. Selama ini dia hanya mencintaiku dengan harta dan semua pemberiannya. Tak pernah kulihat cinta di matanya lagi. Entah sudah berapa juta uang yang dia keluarkan hanya untuk membuatku senang dengan semua barang, uang, dan pulsa pemberiannya. Padahal yg kuminta hanya satu, "hatinya" untukku dan hanya untukku. Aku nggak ingin yang lainnya lagi. Tapi semua itu hancur berkeping2 ketika tahu selama ini dia tidak bisa memilih. Putri Ida Lestari, nama gadis yang tidak bisa kulupa dari ingatanku. Nama gadis yang dengan suka rela kubiarkan begitu saja merebut separuh hatiku. Dan kuhapus nama pria difoto itu begitu saja. mengiringi waktu yang kubiarkan hampa hingga waktu untuk mengembalikan smua uangnya tiba..............
Lalu kulihat kembali pak Said yang masih bercerita panjang lebar tentang pengalamannya. "Hehehehe...kata-kataku bener to? Dia yang paling berarti di hatimu?" tanya pak Said ke arahku. "Ahh...udah masa lalu ug pak... Besok pasti dapet lagi yang lebih baik. Sebenernya nggak yang paling berarti sih pak, tp dy adl orang meninggalkan luka paling dalam" kataku tegar. "Kuwi lho seng dulu biasane mbawain aku makanan buannyaakkk banget ke warnet, sampe rong plastik guedhe?ndak kelingan?" tanyaku mengingatkan. "He'eh ngerti aku bocahe." jawab pak said sok tau. "Dulu cewek selingkuhannya kecelakaan kakinya patah, dan dia harus nungguin di rumah sakit." kataku dengan tenang mengingat kenangan pahit itu.
"Alahh, berarti wes lewat nduk. Iki nek foto iki ditemu cowokmu seng anyar sok mben iso perkoro ki... Tak suwek ya?" tanya pak said sambil menatapku tajam. Aku hanya tersenyum hambar. "Yaudah, sobek aja pak." kataku lagi. "Oke baiklah mulai sekarang dengan ini kuresmikan telah kututup kenanganmu tentang dia." kata pak said mengikuti gaya presiden meresmikan suatu bangunan. "Krek" sobeklah sudah foto itu menjadi bagian hati yang pernah pecah berkeping-keping.

Menangis Semalam...


oleh Dini Halimah pada 27 Desember 2009 jam 10:17
Kepalaku terasa penat.Letih.Kulihat byganku tampak pucat di depan cermin.Udah kucoba memasang mimik senyum semanis mungkin,tp cermin itu tetap menampakkan wajah sayu."Wah,kyknya badanku nggak beres nih" gumamku dalam hati."Antrinya msh lama lho mbak,ni masih ada 3 orang lg yang minta luluran,trus ada 4 orang minta d makeup.Apa mbaknya datang lg hbs maghrib entar?"tanya seorang kryawan salon ramah."lha emangnya ini tutup jam berapa mbak?"tanyaku lesu."jam 7 mb."jawabnya lg."wah,klo aq pulang skr nanggung.mending aq tunggu aj deh mba,gpp lama."jawabku msh dg wjh lesu."yasudah,sbr y mba."kata krywn salon it dg snyum ramah.Ternyata keputusanku untuk sbr menunggu tidak sia2. Tak lama kmudian sang pemilik salon datang,dan ikud andil dalam kesibukan karyawan2nya yg sdang d banjiri pelanggan.Giliranku untuk d body massage pun tiba. "Kok dtg ksininya nggak minggu aj mbak?"tanya krywan salon it sambil sibuk memijit tubuhku."Klo minggu aq ngelesin mba,ni kemarin aq dah punya rencana mau ksini aj ga sempet.sibuk...di kejar2 tugas,makalah,blum lg krjaan,kursus.Pokoknya cpek lah mba."jawabku nerocos mencoba melepas semua beban di kepala."Oiya pantes kemarin tak tunggu2 ga datang mbak,katanya mau prawatan 2minggu sekali.Ternyata sibuk to.Ni bdannya juga tambah kurus mba."katanya lg.Aroma relaksasi dari pijitan itu membuatku tenggelam pada lamunan setengah sadar.Ternyata selama ini terlalu bnyk yg aq pikirkan.Terlalu bnyk beban kepercayaan yg dilimpahkan org2 d skitarku tanpa peduli sjauh mana batas kemampuanku.Dan bodohnya aq tidak sanggup menolak smua tanggung jawab itu.Aq takut mengecewakan mereka.Takut dibenci.Aq takut dijauhi dan merasa sendiri.Meskipun pd kenyataanya sampai skr ini aq tetap merasa sendiri.Gak ada yg benar2 syg pdku,kecuali sebatas apa yg mrk butuhkn dan apa yg bs aq beri.Hatiku terluka.Tapi dg segera kutepis perasaan itu."Suatu hari smua kerja kerasku pasti akn membuahkn hasil.Kalaupun akhirnya aq tetap terluka,setidaknya Allah melihatku berusaha membuat beberapa ciptaanya bhagia dg kehadiranku."gumamku dlm hti untuk menghibur diri.
"Udah mbak,sekarang tinggal mandi. Ni handuknya." suara krywn salon yg merawat tubuhku menyadarknku dr lamunan."Oh iya,makash ya mbak."kataku sambil berlalu ke bathroom untuk membershkn diri."Iya sama2 mbak,tadi badane mbake kok kyke panas?"tny krywn salon it heran."iya ni mb kyknya lg mriang ni bdnku.ya udah mksh byk y mbk."kataku padanya dg senyum yg kumanis2kan.
Maghrib berkumandang ketika kukendarai mtrku pulang. Setelah q tunaikn shlat maghrib dan berbuka puasa,aq masih sempat mengajak adkku bermain game d pc untuk mengisi mlm mingguku yg hampa sprt biasa.Tp stlh shlt isya,aq sudah tidak ingat lagi apa yg trjadi smlm.Pagi harinya kakakq bertanya2 bingung dg sikapku smlm."Kwe mebengi ngopo tho din,nggegeri sak omah ae.."tanya mas hassan."Maksute?Lha emange smlm aq ngopo tho mas?"tanyaku bingung."Kwe ki mebengi nangis rak karuan yo.. Sampek ibuk tangi nyeneni aq.Padahal aq kn mung takok laptope pok dokok ngendi.."kata masku geger."Mosok to mas?"tanyaku msh bingung nggak percya."Lho bukannya aq smlm bobok d kamar??"tanyaku msh bingung."Nggak yo... mbak dini ki smlm keluar sambil aneh bgt jalanya,trus jatuh d tikar sini."kata adekq sambil memperagakan sikap anehku semalam. Aq hanya bisa terkikik geli dan masih tidak percya aq bs brjalan smbil tidur."Lha emang aq nangise piye mas?"tanyaku penasaran."Yo pas tak tekokki laptope ning ndi,kwe lgsg nggremeng nangis.Trus sko kene pindah ning kamar iseh nangis.Tak demek sikilmu nangismu tambah buanter,aq d seneni ibuk ug... hahaha nggapleki bgt!"gerutu kakaku."hahahaha..."aq hny bisa tertawa geli sambil berusaha mengingat apa yg terjadi semalam.Tapi tak kutemukan ingatan apa pun tentang menangisku semalam.Mungkn krn sudah trlalu bnyk tangis yg kupendam,sampe2 hanya bs terealisasikan lwt mimpi :p hehehe...

CINTA


oleh Dini Halimah pada 28 Desember 2009 jam 22:54
Biarakan rasa itu mengalir dan membekas...
Menepakkan jejak2 rindu yang berat
Menyayatkan satu kenangan dan tawa yang tak mungkin terulang
Aku tak takut lagi pada auramu yang tajam.
Toh kau tak punya kuasa apa2 atasku...

Kenapa masih harus kau simpan candu itu?
Sebuah topeng yang menari pasrah diujung mimikmu
Lalu aku berkaca...
merintih dan menangis pada kepolosan wajahku
Malang... kataku dalam hati
Bodoh... makiku lagi
Pengecutt!!! sentakku ketika kudapati tubuhku meringkuk tak berdaya
Mengharapmu hadir...
menyanyikan syairmu yang kian merapuhkan tulang-tulang

Lalu dengan namamu yang kau agung2kan, kau bersikap seolah2 berada pada pihak yang benar atas semua bencana ini............

( Catatan Gadis Bodoh pada detik terakhir tanggal 28 Desember 2009)

Mimpi Itu Hadir Lagi........... Part 1


oleh Dini Halimah pada 29 Desember 2009 jam 20:17
“Ibuk...” panggilku sekuat tenaga, tapi entah kenapa suara yang kuhasilkan hanya berupa bisikan pelan. Aku merasa putus asa. “Ngopo mbak?” Kudengar jelas suara mbak Seh di sampingku. Sentuhan tangannya menyadarkanku dari mimpi berat itu. Aku bingung.Kulihat ke samping ada mbak Seh dan adekku yang masih terbaring di kasur lantai, depan televisi sejajar dengan terbaringnya tubuhku. “Lho, mas Hassan mana mbak? Kok aku tadi ngrasa mas hasan tiba-tiba tidur di sampingku”tanyaku masih bingung. “Mas Hasan kan lagi dines mba, rak mungkin neng kene tho..” kata mbak Seh ikutan bingung dengan pertanyaanku. “Lagian mbak dini pas pindah ke sini tadi kan cuma ada aku ama mas adil mbak.” kata mbak Seh menambahkan sambil memandangku lekat-lekat.
Kutengok jam dinding yang tergantung bisu, jarumnya menunjukkan pukul dua dini hari. Aku segera beranjak duduk dari tempatku terbaring. Mataku terasa berat, tapi kupaksa sebisa mukin untuk tetap terbuka. Kuusap wajahku dalam, “Ya Allah...aku kenapa to?” gumamku nggak jelas. “Kenapa to mbak?” tanya mbak Seh halus sambil beranjak duduk dan memandangku tajam. “Aku ngimpi aneh lagi mbak, dari tadi aku tidur nggak bisa nyenyak. Biasanya klo dah pindah ngimpinya udah nggak ada. Tapi ini masih juga muncul lagi.” kataku nerocos pada mbak Seh dengan nada penuh kepanikan. “ Lha emang ngimpi opo tho mba?” tanya mbak Seh tenang. “Mbuh..koyo biasane, ngimpiku dadi rak beres kabeh.” jawabku murung sambil berusaha keras mengingat apa saja yang telah kutemui di dalam mimpiku tadi. Teringat ada banyak sekali pocong yang kutemui di sebuah rumah megah tingkat dua yang gelap gulita. Tadinya kupikir itu hanya parade kostum, tapi entah kenapa semakin serius saja alurnya. Kemudian aku tiba di sebuah gerbang yang penuh kesenyapan dan penuh misteri. Kemudian berganti alur lagi, aku harus bertemu dengan orang-orang yang aneh dan gak jelas..hingga akhirnya kusadari semua itu hanyalah sebuah mimpi. Aku tersadar sedang terbaring dikamar belakang, tempat aku tidur sebelumnya. Tubuhku terasa berat untuk digerakkan. Berkali-kali kucoba bangun, tapi selalu gagal.
Padahal dalam tidur itu aku seakan-akan bisa melihat dengan jelas kondisi kamarku. Bahkan dalam upayaku untuk bangun, aku pernah sempat merasa berhasil kabur dari kamar belakang itu menuju ruang tamu.Tapi tiba-tiba aku tersadar bahwa tubuhku masih terbaring kaku di kamar belakang. Aku pun berusaha keras memaksa tubuhku untuk bangun, tp tidak bisa. Kubaca ayat kursi dalam hati, dan kupaksa lagi tubuhku untuk bergerak. Tubuhku terasa pegal-pegal ketika akhirnya aku benar-benar berhasil terbangun.Mataku yang masih 5 watt merayuku untuk tenggelam kembali ke dalam mimpi. Tapi seperti pengalamanku sebelumnya, mimpi itu pasti akan menahanku lagi jika aku tidak segera beranjak dari tempat itu. Kubuka kancing pintu kamarku dan kutuju ruang depan. Kulihat ada adil dan mbak Seh sedang terbaring tidur di atas kasur lantai di depan televisi.Tanpa pikir panjang kubaringkan tubuhku di samping mbak Seh. Aku masih ingat mulutku sempat berkomat kamit membaca doa sebelum kutenggelamkan diriku ke dalam lelap. Aku pun bermimpi normal pada awalnya. Aku sedang menjalani aktivitasku dirumah seperti biasa. Membantu ibukku di warung. Lalu kemudian kakakku datang bersama seorang gadis cantik, putih, berambut panjang sebahu. “Wah...cewek baru lagi nih!” pikirku. Ibukku menyambut mereka dengan hangat. Tapi ketika kuamati wajah gadis itu, aku merasa tidak asing. Aku ketakutan ketika akhirnya menyadari bahwa gadis itu pernah kutemui pada mimpiku di kamar belakang...

Ilalang dan Mantra-mantra

oleh Dini Halimah pada 08 Januari 2010 jam 13:23
Sampai juga deru angin, ketika cinta itu dihembuskan perlahan. Lelah, dan lemah mantra-mantra itu tampak putus asa mengalir. Dan ilalang menyambutnya dengan senyuman. Entah, sudah berapa lama aku terdiam bisu di sini. Kuukirkan sajak-sajak rindu lewat senandung mimpi. Lewat puisi-puisi cinta yang dulu sering kuukir di balik rotan. Ada namamu kuselipkan diantara syair-syair itu. Hingga cinta menjadi begitu angkuh membelenggu kita.

Aku tak lagi punya kuasa menemuimu. Menyadarkanmu kembali akan mimpi-mimpi kita dulu. Menarikmu ke dalam pelukku. Dan membisikkan kata-kata cinta yang dulu sering kau umbar di telinga.“So do I” kataku setengah hati. Lalu kulihat wajahmu tampak girang membahana. Berlonjak-lonjak menari membentuk pelangi. Aku tersenyum melihat sorot mata itu. Sorot yang begitu kurindu akhirnya. Sampai detik ini....

Ilalang pun menari diiringi denyut angin. Menyampaikan kisah-kisah usang bumi seberang. Aku hanya bisa manggut-manggut paham, tanpa komentar. “Tak penting lagi bagiku” kataku padanya. Sementara deritan mantra itu memaksaku menggigil perih. Membuatku terkenang lagi akan namamu yg kulupa dibalik ilalang. “Kenapa sayu, jika itu tak penting lagi?” tanya ilalang heran. Aku hanya bisa tertunduk lesu. “Bagaimana kau tahu wajahku sayu?” tanyaku perih. “Hahaahaha... bukankah sejak dulu wajahmu sayu??” ledeknya. Lalu aku pun ikut tertawa getir mengisi waktu yang kian pengap. Ingin sekali aku beranjak, tapi sepenggal bambu muda menahanku. Mengikatku erat di atas kepasrahan. Hanya nyanyian ilalang lah yang begitu sendu kudengar. Mengaburkan masa lalu yang kupendam dalam.

“Hujan” bisikku lirih padanya yang tertunduk bisu meneteskan butiran-butiran air yang tak mampu lagi ditahan. “Aku membantumu menangis” senyumnya ramah. Tak kulihat lagi canda atau selangsa ejekan dari bulirnya. “Kenapa?” tanyaku heran.”Aku sudah terlalu banyak bercerita padamu tentang negeri seberang bukan? Lalu kenapa kau tetap membisu tentang kisahmu?” tanyanya dalam. Aku tertegun dengan alunan nadanya yang kering. “Bahkan kusampaikan mantra itu setiap malam untuk menghiburmu... tapi tak pernah sedikit pun kau bagi ketentraman itu denganku.” tambahnya dengan syair pilu. Ruas kering di lehernya patah tak sanggup lagi berlenggak lenggok menentang angin. “Tak ada yang menarik dari hidupku. Mantra itu hanya membebaniku. Milikilah jika itu bisa membuatmu tenang!” jawabku dengan acuh. “Apa kau tidak mencintainya?” tanyanya menyelidik. “Dia siapa maksudmu? Tahu apa kau tentang hidupku?” sentakku geram.”Aku bisa melihatnya dengan jelas, ketika kucicipi mantra itu dari getaran suaranya.” kata ilalang mantap. “Dia merindukanmu Rin... dia putus asa atasmu. Bagilah aku dengan cerita itu, agar kematianku bermakna. Nanti akan kuceritakan pada leluhurku bahwa hidupku pernah memiliki arti” katanya lirih memandangi tangkainya yang koyak dilindas hujan. “Lalu bagaimana aku harus bercerita tentang hidupku yang sama sekali tidak memiliki arti?”tanyaku pilu.

“Sejak dulu aku hanya beban untuknya. Bahkan sampai detik ini pun aku tetap membebani puing-puing hatinya” seduku akhirnya terlontar juga. Ilalang tersenyum samar menapaki serpihan kata-kataku. “Lalu kenapa kau masih terpaku di sini? Pergilah dan temui dia! Kau bisa katakan betapa kau juga mencintainya.” katanya bersemangat. “Bambu itu tidak akan pernah mengijinkanku pergi. Lagipula aku malu... Tak ada lagi yang bisa kuberikan untuknya selain selaksa luka.” kataku sambil melirik sebuah bambu hijau yang tertancap kokoh di ujung tubuhku. Hening. Kupandangi ilalang tergeletak bisu kuning pucat. Ia ukirkan mantra-mantra itu dibulir tubuhnya untukku. Masih kulihat jelas seutas senyum yang tak akan lagi disodorkan menemaniku menunggu waktu dan meregangkan ketidakberdayaan. Lalu pagi pun akhirnya menyuruhku diam.

Aku tersadar ketika jejak-jejak kecil seseorang berjalan di sekitarku. “Ton... sini, kita pake bambu ini aja untuk mbuat layang-layang!” kata bocah kecil itu sembari mencabut sepotong bambu muda yang menancap diujung tubuhku. Sontak guritan-guritan luka itu kembali hadir mengiris bagian-bagian tubuhku yang tak lagi terbentuk. Aku tetap diam membisu hingga belaian malam hadir lagi.

Kali ini kudengar jelas suaramu mendendangkan mantra. Syahdu merasuk sukma. Belum pernah kudengar sejelas ini sejak aku terkekang oleh bambu itu. Lalu aku pun berjingkat menghampiri suaramu yang lirih. Di kamar belakang, tempatmu bercumbu dengan kesepian yang menganga di hati aku berdiri. Wajahmu tampak berbeda ketika kuhampiri. “Kenapa?” tanyaku dalam diam. “Rina???” aku tahu kau bertanya penuh rindu. Sementara leherku tercekat seakan tak mampu berkata bahwa aku mencintaimu. “Istrimu membuangku di kebun belakang. Tolong kuburkan jasadku dengan layak.” hanya kata itu yang mengiringi puing-puing tubuhku yang lebur ditelan kepekatan.

Nafas2 Tertatih

oleh Dini Halimah pada 09 Januari 2010 jam 5:33
Malam menjelma menjadi selimut tebal. Tertawa meniti waktu. Memandangku lesu d atas ranjang kehampaan. Kuraih ponselku yg tergeletak kaku d atas meja.Tampak 1 panggilan tak terjawab dari bang Anton.Segera kujamahi angka demi angka yg membahana.”hallo?”sapaku tak sbr."dek,biar mas aj yg tlp,key?"katanya sembari memutus dan menyambungkan kembli talinya."aq tlp ke indra kok g bs dek?hpnya mati y?"tanyanya."g tau ms,kmrn hbs brantem ma aq ug."jwbku lesu."jd lg bete ni ceritanya??yaudah ms tlp lg nanti y klo udah g bete?"tnyanya halus."jgn!jgn d tutup tlpnya.aq lg ksepian butuh ms."kataku buru2 d serang ktakutan akan kesunyian yang kmbali mengusik."ouh,kirain mas ganggu.Oiya,katanya kmrn mau dger mas ngeband?ni mas lg latian ngeband breng tmn2."katanya santai."yg bener mas??mau dunk dgerin suaranya"kataku antusias."ok ini lagu spesial untuk adk trsyg."suaranya trdengar lmbut melalui microfon.

Ku coba ungkap tabir ini
Kisah antara kau dan aku
Terpisahkan oleh ruang dan waktu
Menyudutkanmu meninggalkanku.................

Dan lagu firman yg brjudul kehilangan itu menenggelamknku smakin dlm pada butir2 kehampaan.Aq tertegun mencicipi setiap nafasnya yg tertatih sepertiku.Sementara tembok besar membatasi hti kita utk saling mengisi.Suaranya syahdu d iringi orkestra batalyon yg siap mati.Tak kusangka masih dy sisakn sbentuk perhatian itu utkku.
"udah,jgn nangis"katanya menyadarkn lelehan air mata yg mencuri."bgs bgt suaranya mas,adk jd terharu.Romantis...coba ms msh lajang,how to do get u."kataku tiba2."ah biasa aj dek,yg penting adk seneng ngga sedih lg.Yaudah,mas tak nglanjutin latian lg y?"katanya menenangkn."iya mas,mksh bnyk utk smuanya"kataku mengakhiri pmbicaraan.Dan selaksa pesan2 singkat it bertaburan d awan saling menyadarkn akan hampa.Hny ada kata seandainya d sana.Atas nafas yg tertatih.Tanpa isi dan tak akn pernah bisa saling mengisi."Rina syg bang anton"kataku menghibur diri...

Akhir Sebuah Penantian

oleh Dini Halimah pada 28 Januari 2010 jam 14:48
Kabut pagi masih menggumpal ketika kulihat sosok laki-laki itu berjalan ke arahku. Heran, tak biasanya ada orang mencariku pagi-pagi. Dan sudah lama sekali tak kutemui seseorang bertamu ke rumahku yang kian rapuh ini. Langkahnya tampak ragu menapaki rumput-rumput hijau yang basah oleh embun.Sementara wajahnya masih samar tertutupi kabut.

Rasa penasaran mulai bergerumul di dada ketika tak kunjung jua kudapati jejaknya mendekat. “Siapa laki-laki itu?” gumamku dalam hati penuh kegundahan. Tapi tak sedikitpun ada keinginan di benakku untuk menghampirinya. Aku pura-pura bermain-main dengan bunga ilalang di bawah pohon sambil bersenandung lirih seakan tak menghiraukan kedatangannya.

“Lama sekali jalannya”pikiranku mengusik. Angin sepoi-sepoi membuat tubuhku kian pucat dan kedinginan. “Ah... mungkin bukan rumahku yang ia tuju.” gumamku sedikit kecewa ketika tak kudengar lagi langkahnya di antara semak-semak itu. Ku kipas-kipaskan bunga ilalang di tanganku hingga serbuknya berhamburan di udara, menari-nari dengan girangnya di sana. Lalu aku tersenyum menghibur diri...membayangkan seorang pangeran berbaju putih hadir disambut oleh taburan bunga ilalang yang membahana. Menemani setiap detik kesepian yang tak mampu kubendung sendiri.

Kuusap-usap dinding rumahku yang telah dirembeti lumut dan debu. Tampak jorok dan terabaikan. Pantas tak seorang pun yang enggan berkunjung ke sini untuk sekedar berbagi cerita. Tak seperti dulu, ketika hampir semua orang membutuhkan kehadiranku. Hanya dengan sedikit keahlian, kubuat semua orang terpana. Aku sangat bangga dengan hidupku saat itu. Hampir semua laki-laki memuja wajahku, tubuhku, otakku, gaya bicaraku, dan semua yang kulakukan. Tak heran banyak kesempatan terbuka lebar di hadapanku. Menjadi seorang model, reporter,dancer, penyanyi, dan juga mahasiswi berprestasi di kampus. Hingga akhirnya seorang pangeran tampan bertubuh tegap dengan bintang di seragamnya melamarku untuk mendampingi hidupnya. Aku tak percaya bahwa hidupku sesempurna itu. Kubangun setiap derap nafasku untuknya dengan sebentuk cinta yang utuh tanpa secuilpun penghianatan. Kusiapkan segalanya hingga hari pernikahanku pun tiba. Dua bulan yang penuh dengan kehangatan masih terngiang di dada. Dan bulan-bulan selanjutnya kuhabiskan waktuku untuk menunggunya di bandara. Berharap dia datang membawakan setangkai bunga mawar merah pesananku.

Lama sekali aku menunggu pangeranku kembali. Tak ada kabar sejak panggilan tugas itu dilayangkan begitu saja. Menorehkan jengkalan demi jengkalan jarak yang tak terhitung panjangnya. Hingga akhirnya aku tak lagi sempat menunggunya di bandara. Kuhabiskan waktu berjam-jam, berhari-hari, selama 2 tahun terakhir ini dalam kesendirian di rumah usangku. Kunyanyikan lagu-lagu sendu di antara semilir angin, agar dia mendengarku. Pangeran yang tak pernah lagi kutemui sosoknya. Kebisuanku membuat semua warna tak seindah dulu lagi. Orang-orang tak lagi mencariku, menyanjungku, atau bahkan sekedar menjejakkan kakinya di halaman rumahku yang terabai. Hanya bunga ilalanglah teman setiaku hingga saat ini.

Laki-laki itu memandangku tajam. Kesedihan kutangkap dari raut mukanya yang terasa tak begitu asing. Sementara aku masih sibuk dengan bunga ilalang di tanganku, berusaha untuk tidak peduli lagi dengan siapapun yang datang.

Serbuk bunga ilalang beterbangan indah menghujani tubuhnya. Lalu aku tertegun ketika laki-laki itu berlutut tepat di bawah kakiku. Kurasakan juga tetesan air yang mengalir melalui sela-sela pelupuk matanya menyengatkan kehangatan yang telah lama terampas dari hidupku. “Mma.....maafin aku ma” katanya di sela senggukan tangis yang tak terbendung lagi. Aku masih terpaku mencoba mengingat-ingat kembali sosok laki-laki yang kini tersungkur di hadapanku.

“Badannya tampak lebih kurus dan kulitnya tampak lebih gelap sekarang.” pikirku setelah sadar bahwa laki-laki itu adalah pangeran yang selama ini kunanti. “Kenapa baru pulang sekarang pa?” tanyaku pilu. “Maafin aku ma...maafin aku” katanya lagi dengan tangisnya yang tak dapat ia bendung. Aku hanya terdiam kaku memandangnya berlutut berlumuran tanah selama berjam-jam meluapkan segala luka di balik dadanya. Dan aku tersenyum riang ketika ia sodorkan bunga mawar merah pesananku dulu. Meskipun tak lagi utuh seperti yang kuminta. Setidaknya aromanya akan mengisi dan mengharumkan tanah kuburanku yang telah lama menganga.

Selalu di Hati

oleh Dini Halimah pada 08 Februari 2010 jam 21:52
Dua hari terakhir ini aku ngerasa bete banget, cuma gara2 sebuah nomor yang tak ada di daftar phonebookku. Klo dilihat dari karakter nomornya, aku bisa mengenali bahwa nomor tersebut satu operator dengan nomer SIMcard ku. Dan nomor itu selalu saja muncul di dalam daftar panggilan tak terjawab. Pagi itu kucoba untuk menelepon nomor tersebut memastikan apakah org yg menghubungiku benar2 penting ato sekedar iseng. Tapi ternyata teleponku malah direject. Hatiku gondokk banget mengetahui si penelpon cuma berkeinginan untuk iseng. Kubiarkan nomor itu meninggalkan catatan panggilan tak terjawab di hpku sampe beberapa kali. Sampai akhirnya sehelai pesanpun mampir di hpku begitu saja. "Prikitiew..halo din pa kabar?" begitu kira-kira isi pesannya."Siapa ya?" balasku dingin ke topik masalah tanpa basa-basi."Menurutmu siapa?" balasnya lagi seakan memancing kesabaranku."Lha aku tanya km kok kamu malah tanya aku,lha aku tanya siapa??"jawabku ketus. Dan tak kutemui pesan balasan setelah itu. Banyak hal yang mungkin telah kualami, sehingga aku terlalu protektif dengan nomor2 yang menyelinap di antaranya. Kubiarkan hpku hening, sehening suara hatiku yang tak menyuarakan sepatah perasaanpun.

Aku terbangun ketika merasakan kehadiran seseorang di samping tubuhku. Kulihat ada mb Asih sedang sibuk menata bantal untuk membaringkan tubuhnya di sampingku. Kulihat juga pintu kamarku masih terbuka lebar, dan jam dinding di ruang tamu menunjukkan pukul 21.00 WIB. Rupanya aku tertidur sejak maghrib tadi kecapekkan setelah seharian disibukkan kegiatan. Masih teringat jelas apa yang telah kualami seharian ini. Selang beberapa menit dari upayaku mengembalikan segala kesadaran, kudengar ponselku menyuarakan suara bell menandakan ada sebuah pesan masuk yg mengusik. Ku raih, dan kubaca isinya.

Berdiri di depanmu, seakan pekat tutup mataku
Membisu dalam kebekuan dan rindu.
Seribu tanya lintasi pikirku.
Benarkah kau ini sahabatku?

Aku tertegun membaca sepenggal puisi itu. Bukan karna bagus nggaknya isi dari puisi itu. Tp karna aku ingat betul bahwa aku sendirilah yg menciptakan sepenggal puisi amatiran itu. Entah sudah berapa lama puisi itu hilang dari catatan perjalanan hidupku. Yang jelas, org yang menyimpannya adalah orang yang benar2 memperhatikanku...orang yg bnr2 menghargai karyaku. Dengan angkuh ku balas, "Hahaha...siapa nih?".Lalu pesan balasanpun kembali bersarang, "Prikitiw, km gak ingat to din". "Gak, aku gak inget... puisiku dah nyebar kemana2." jawabku masih terkesan kaku. "walah...tebak aj z,dlu aku pernah krmhmu skali, q temen smp.rumahku bs dibilang dkt bonbin tp itu dulu." balasnya."Aku terbelalak tak percaya,"Ya Allah...Sri warni?Aku kangenn kangen kangeeennn banget." kataku dengan seribu sesal karena telah mengacuhkannya 2 hari ini."Kok bisa nebak klo aku ini sri warni, pasti ada yg ngasih tau ya."jawabnya masih dengan karakter cupunya. Dan selaksa pesan-pesan pun berhamburan. Kuceritakan betapa putus asanya aku ketika ingin mencari satu per satu anggota gank "pegasuz" ku itu. Termasuk bagaimana caraku menemukannya, tapi ternyata justru org yg kucari juga mencariku. Hatikuu lega sekali rasanya.

Teringat juga perjalanan dadakan pagi tadi ketika aku mengingat sebuah nama "Puji" di benakku. Dia adalah sahabat yang paling kusayagi di antara anggota Pegasuz yang lain. Gadis cantik yang slalu bersikap bijaksana di hadapanku.Dengan pasrah kususuri jalan menuju ngesrep barat, ke rumahnya yang aku yakin dia tidak ada lagi di tempat itu. Aku tak tahu lagi bagaimana kabarnya sejak kupatahkan kartu SIMku beserta kepingan2 hatiku yang hancur hanya karna seorang laki2. Dan sampai sekarang aku menyesali tindakanku itu. Aku kehilangan semua kontak yang aku punya. Orang2 yang penting dalam hidupku pun lenyap tanpa sisa karna komunikasi itu terputus begitu saja. Hampa. Ada banyak perubahan setelahnya. Semuanya berubah. Bahkan aku tidakmengenali siapa diriku sekarang

Kuhentikan laju motorku di sebuah rumah bercat putih. Kulihat seorang ibu sedang menimang2 bayi tersenyum ramah menatapku. "Idaa... panggilnya ke arah rumah." Dari wajahnya, dia bersikap seolah-olah mengenali wajahku.Tanpa basa basi kujabat tangannya,"Bu, puji wonten?"tanyaku putus asa. Seorang gadis ABG keluar dari dalam rumah menatapku,"mbak dini..." sapanya ketika menatapku."Ouuwhh..puji yo mpu nmboten teng mriki to mbak. Sakniki sampun nderek suamine di temanggung." kata ibu itu. "Wes suwi banget njenengan mboten dolan mriki mbak, sakniki puji wes nduwe momongan sak mene lho." sambil menunjukkan seorang bayi laki2 yang digendong ibu tersebut. Hatiku tergetar mendengarnya,"Sampun nikah to buk? Kulo kok mboten diundangi?" tanyaku penuh haru dan rasa rindu. Air mataku hampir menetes ketika kuingat sosok gadis lemah yang dulu selalu mendengarkan setiap keluh kesahku sejak aku duduk di bangku SMP. Umurnya satu tahun di bawahku, masih terlalu muda untuk memikul sebuah tanggung jawab menjadi seorang ibu. Masih kuingat jelas terakhir kalinya dia berkata, "Aku nggak siap nikah din, tapi posisiku terjepit." katanya. Entah seperti apa dia sekarang, hari itu hanya selaksa kisah2 penuh haru yang diceritakan kedua orang tuanya padaku.

Mungkin waktu akan berubah...
Mungkin bait-bait kata akan semakin asing...
Tapi persahabatan kita...
Akan kuukirkan di hati...

Ulang Tahun Mas Dayat

oleh Dini Halimah pada 09 Februari 2010 jam 19:05
Sore itu kuterpa hujan yang mengalir tipis menuju warnet tempat aku biasa menghabiskan sebagian waktu. Dan tepat ketika aku tiba di tempat tujuanku, hujan pun dengan gerangnya mengalir kian deras membasahi bumi. Dingin terasa meresap ke dalam pori2 kulit,saat kumasuki ruangan ber-AC tersebut. Bersamaan dengan itu kudengar ponselku berdenting menandakan ada sms masuk.Kuamati pesan tersebut, dari mas Dayat rupanya. Aku tersenyum simpul teringat bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke 26.

Masih kuingat jelas kata2nya di telpon seminggu yang lalu, bahwa dia akan datang sebagai kejutan tepat pada hari ulang tahunnya. Tapi harapanku akan kedatangannya segera tertepis oleh hujan yang kuamati masih mengalir deras dari balik kaca transparan Earlynet. "dek" begitu saja bunyi smsnya."Iya mas.ada apa?" balasku tak lama kmudian."di situ hujan gak?" smsnya lagi."iyah, hujan mas."jawabku singkat."Nanti kalau sudah nggak hujan, kasih tau aku ya." blsnya kemudian."ok" jawabku singkat.

Setelah itu ponselku hening tanpa suara. Kemudian kujalankan segala aktivitasku seperti biasanya di warnet dengan normal, bahkan hujan telah reda pun aku belum juga memberitahunya. Saat itu perasaanku mengatakan bahwa dia tidak akan datang, So.. aku pun tidak menyiapkan apa-apa untuk menyambut kedatangannya. Termasuk sebuah gantungan kunci yg kubeli siang tadi untuknya, tapi ternyata aku juga lupa membawanya. Sempurna sudah kegagalanku untuk bertemu Sang kakak yang selama ini telah banyak membagi perjalanan kisah hidupnya padaku.

Beberapa menit kemudian perasaanku mulai gelisah. Kuraih ponselku. Kumain-mainkan di atas tangan.Kutengok jam dinding yang menunjukkan pukul 19.00. "Wah klo jam segini, gak mungkin dia sempet kesini, pasti bakal kemaleman.Lagian juga masih gerimis, pasti dy males banget...jauhh lg" pikirku dalam hati."Tapi aku dah janji mau ngasih tau dia klo ujannya dah reda. Gimana ya?" pikirku lg masih bimbang. Tapi akhirnya kutulis juga pesan singkat itu untuk mas Dayat,"hujannya dah reda mas." begitu isinya. Tapi tak ada sepenggalpun balasan yang kutemui kemudian. Dengan demikian aku semakin yakin bahwa dia tidak akan datang.

Hari itu early cukup rame dengan kehadiran anak2 dari koramil. Mereka sering sekali memberikan keceriaan tersendiri di warnet ini bagi kami para operator. Yahh lumayanlah sebagai teman ngobrol disela2 longgarnya waktu kita hingga jam kerja berakhir :D . Tapi entah ada angin apa, kehadiran anak2 tersebut tidak lama, beberapa menit kemudian mereka malah keluar tongkrongan di pinggir jalan sambil asyik ngobrol dengan mas Khafid partner kerjaku. Yup kuisi sela kebosenanku dengan chattingan lah pada akhirnya di meja billing. Lalu dengan tiba2 ponselku berbunyi. Ada sebuah sms masuk. Dari mas dayat. Jantungku berdegup.Ku baca."dek"begitu saja isinya.Lalu kubalas,"iya mas?"

"Gimana"balasnya lagi."Gimana apanya?Bukannya td dah ku sms klo ujannya dah reda?"balasku smakin bingung."Aku ke situ nggak?"tanyanya.Aku bingung mau balas apa...aku berhenti untuk berpikir sejenak, sampai akhirnya kutemukan kata-kata yang tepat,"Ya kalau mau kesini silahkan, klo nggak juga adek gak maksa mas:) " balasku.

"Yaudah aku kesitu. Aku dah di depan" jawabnya. Aku terbelalak membaca smsnya. Segera kuamati halaman parkir dari balik kaca transparan Early. Hanya ada mas Khafid yang berdiri di antara kendaraan roda dua dan roda empat yang terparkir bisu sambil asyik mengobrol dengan petugas keamanan kami. Tak kulihat sosok orang asing di sana. "Hallah ngapussiii!!!" pikirku sambil tertawa geli mengamati isi dari sms itu. Segera kubuka sebuah pesan baru untuk membalasnya, tp akhirnya kuurungkan juga. Kubuka pintu early untuk memastikan kondisi halaman parkir dengan mata telanjang. Kutengok kesana kemari, sampai akhirnya mataku menangkap sesosok tubuh bersembunyi dibalik tiang yang berdiri kokoh di sudut kanan ruko. Aku berjalan maju ingin menghampiri mas Khafid untuk melihat sosok tubuh itu lebih jelas dari arah depan halaman parkir. Tapi aku urungkan lagi niatku, dan segera beranjak mundur. Kulangkahkan kakiku lebih cepat hingga setengah berlari ke arah samping ruko, tanpa pikir panjang kusergap laki-laki itu dari belakang. Hahahhahahahaha..... tawapun akhirnya pecah sketika kutemui seorang laki-laki ganteng, dengan kaus putih yang membungkus kulit putihnya, tubuhnya yang agak gendut tampak begitu proporsional diimbangi oleh tinggi badanya yang mencapai 180 cm. Untuk menatap wajahnya saja aku harus mendongakkan kepala. Setelah 1 setengah tahun lamanya akhirnya kutemui juga pria tersebut. Banyak cerita dan kisah yang kita bahas bersama waktu itu. Semuanya... tentang istrinya, anaknya, dan semua gadis-gadis cantik di sekitarnya. Dan yang paling berkesan adalah perjuangannya mencari tempat kerjaku. Leherku dicekiknya dengan geram ketika mengetahui aku memberikan arahan yg ngawur ke dia. Aku masih ingat jelas pertanyaanya beberapa minggu yang lalu, "Kalo kerumahmu kan belok kiri tu dek, nah untuk ke tempat kerjamu ki lurus aja?" begitu pertanyaanya yang dengan setengah hati kujawab "iya". Padahal jalan sebenernya bukannya lurus tapi belok kanan ketika menemukan pertigaan. Alhasil, kakakku yang satu itu kesasar di tengah kebun ketela yang super gelap, angker, penuh dengan anjing2 liar, jalan setapak yang becek karena hujan, dan juga tersiksa rasa lapar untuk beberapa lamanya. Hahahahahahaha aku tertawa geli melihatnya. Kakinya kuamati penuh lumpur sisa2 perjuangannya menerjang kebon ketela itu :D. Dia mengeluh berkali-kali, geli, ketawa campur aduk diantara obrolan kita yang tiada habisnya hingga tengah malam tiba. Di early gak ada makanan, dy kusuruh keluar sendiri cari makanan nggak mau, maunya sama aku. Padahal aku lg kerja, yo aku gak mau keluar to ya. Yasudahh kubiarkan tanggal 17 Januari 2010 sebagai hari ulang tahun yang paling apes buat dia... Udah kesasar-sasar di kebun, kubiarkan kelaparan selama berjam2 lagi Hahahahaha....

Pulangnya qt mengendarai motor masing2 melewati jalan dan diiringi oleh gerimis ringan. Kita masih juga saling mengejek sepanjang perjalanan itu. Tak kuhiraukan dia ketika mengeluh kelaparan, memintaku untuk mampir di salah satu warung. Maklum sudah tengah malam...aku nggak mau orang yang ada di warung ato lainnya menilaiku yang nggak2 jam segitu masih kelayapan dengan seorang pria. So akhirnya kita pulang kerumah masing2 dengan meninggalkan penderitaan bagi mas Dayat... Maafin adek ya mas cuma bisa nyusahin ^_^ hehehehehe... Ini kado spesial sepanjang sejarah ulang tahunmu ^_^ mudah2an km nggak akan lupa akan kesialan hari ini

Topeng Kertas

oleh Dini Halimah pada 24 Februari 2010 jam 20:47
Hujan mengalir riuh...
Membasahi setiap relung-relung jalan
Pada malam yang pasti akan singgah lagi
seperti kemarin ketika aku menemuimu di balik dinding bisu
ada tawa kita di sana
Dan ada rinduku di sini mengingatmu

Aku masih ingat betapa girangnya aku mengenalmu
Memilikimu hnya dalam hati
Dan pada hatimu kita berjanji untuk saling menjaga
Membentuk topeng2 palsu di atas panggung
Membuat cerita2 lucu diatas kertas
Lalu kita tertawa bersama
Seperti topengmu yang slalu kujaga dengan cinta
Seperti kata2mu yg slalu kuingat
Kubagi kau dalam prahara ini
Kuserahkan wajahku sepenuhnya di tanganmu
Di balik topeng kertas aku menari
Dan dengan diam kau hancurkan wajahku bersama kepingan2 hti

Danau Penantian

oleh Dini Halimah pada 02 Maret 2010 jam 14:24
Siluet jingga keemasan terpantul dari danau, memancarkan ribuan angan dalam hati.Akupun tersenyum samar memandangi wajahmu yang tampak berbinar menatap senja itu. Tinggal menunggu hitungan detik semuanya pasti akan gelap. Sekelam hati kita layaknya detik sebelumnya yang mau tak mau harus kita lahap dalam penantian.Entah penantian apa yg kita tunggu sekarang.Hanya ada kepedihan, selain sbuah akhir dari kematian. "Lalu kapan kebahagiaan itu akan datang kak?" tanyaku dalam hati. Aku pun mengganti senyum itu menjadi sebuah biluran luka yang menyayat.

Entah sudah berapa jam kita terduduk bisu di sudut danau. "Seandainya aku bisa merengkuhmu..."selalu kata itu yang terlintas di benakku. Tp kita hanya bisa terduduk diam memandangi kilauan air, bersama ribuan kenangan kita menjadi sebuah rindu yang membelenggu. Suara Adzan maghrib yang menggema nyaring di balik bukit memaksaku beranjak dari tempat itu. Aku tersenyum manis menatapmu sebelum akhirnya kubiarkan tubuhku benar2 lenyap dari pandangan. Kulihat jelas raut wajahmu yang tampak sayu seakan enggan beranjak pergi dari tempat itu. Tapi inilah takdir yang harus kita hadapi kak, sebuah perjalanan yang harus kita tempuh secara berlawanan. Dalam diam kusenandungkan nyanyian angin yang menggebu. Lalu kutulis pesan singkat itu."Mas di danau tadi kamu lihat enceng gondok itu gak?" tanyaku datar. Tak butuh hitungan detik, pesan itu pun segera kau balas,"Iya, kenapa dek?" tulismu singkat. "Apa itu ya yang nyebabin air danaunya jadi jernih?" tanyaku polos. "Nggak dek, justru enceng gondok itu yang numpang di danau dan nyebabin air danau jadi kotor dan keruh." jawabmu dengan berusaha menjelaskan. Sesaat aku tertegun membacanya. Memikirkan kata-kata itu dengan penuh ego. Mungkin benar, selama ini aku hanyalah sehelai enceng gondok yang bersikap seolah-olah menjernihkan keadaan. Padahal tanpa kusadari aku hanya menumpang kehidupan dan memperkeruh suasana. Sebaiknya memang jalan seperti ini yang kita tempuh kak. "Kak, kapan kita ke danau itu lagi?" tanyaku berusaha menipu diri. Mengingat hari itu mungkin tak akan ada lagi. Entah masih adakah hari esok, dimana kita bs duduk bersama dan termenung di pinggir danau dengan sehelai senyuman. Akhirnya,tak pernah kutemukan jawabanmu selain keheningan. ....Lalu kau pun sadar dan terbangun dari tidurmu,sementara aku masih menunggumu di sisi danau penantian.

B-I-N-T-A

oleh Dini Halimah pada 27 Maret 2010 jam 18:05
resah jiwaku menanti
mengingat semua yg terlewati
saat kau masih ada disisi
mendekapku dalam hangatnya cintamu

lambat sang waktu berganti
endapkan laraku di sini
coba tuk lupakan bayangan dirimu
yang selalu saja memaksa tuk merindumu

sekian lama aku mencoba
menepikan diriku diredupnya hatiku
letih menahan perih yang kurasakan
walau ku tahu ku masih mendambamu

lihatlah aku disini
melawan getirnya takdirku sendiri
tanpamu aku lemah dan tiada berarti

Ngilu membersit, saat kubiarkan lagu naff itu mengalun begitu saja dari bibirku mengiringi suara lirihnya yg memecah keheningan malam. Lalu ribuan kenangan itu memenuhi rongga dada. Kutatap wajahnya yang tampak pias menunduk. Entah apa yang ada di lubuk hatinya sekarang. Getir menggumpal memenuhi ruangan. Hanya ada aku dan dia di sini. Terasing oleh waktu yang membingungkan. Kutatap wajahnya lagi lebih dalam, lalu wajah-wajah itu terbayang dg jelas diiringi bekas2 luka yg pernah menikam di dada.

Linu di relung hatiku semakin menjadi."Dimana kita sekarang Cint?" tanyaku padanya melalui dasar hati. Tapi tak kutemukan sepenggal jawab pun darinya. Hanya alunan gitar dan rentetan syair yang menyumpal mulut kita untuk saling berkata. Aq memandangnya lagi dengan sesungging senyum hambar.. tak bisa kupercaya aku ada di sini bersamanya sekarang. Menghabiskan detikkan malam yang merayap secara perlahan dalam senandung nada.

Lalu kuingat kembali bagaimana pertama kali kutemui dia beberapa minggu yang lalu. Aku hanya bisa terdiam ketika cinta itu mulai mengusik. "Apa to yang bisa kulakukan?Toh tak ada yg bisa kuperbuat selain menjalani alur waktu yg membelenggu", selalu kata itu yg terlintas di hatiku mencoba menepis semua harapan yg meronta2. Aku masih ingat bagaimana kutatap wajahnya untuk pertama kali. Tampak manis dgn segala ego yang melingkupinya. Dan bisa kubayangkan dengan jelas tipe cewek2 seperti apa seleranya. Yang jelas bukan tipe cewek sepertiku lah."Masa bodo ah, lagian juga untuk hari ini saja aku nemuin dia."pikirku saat itu mencoba menepis smua pendapatku ttg dia.

"Yang kosong nomor berapa mbak?" tanyanya. "Eh e... nomor 2 bisa,3 juga bisa mas."jawabku agak geragapan mengetahui kedatangannya yang tiba2. "Dini ya?" tanyanya lagi. "siapa nih??"tanyaku dengan memasang tampang bingung. "Yang janjian mau ke sini tadi siapa?" tanyanya balik."Ouwwhh...met kenal,Dini"kataku sambil mengulurkan tangan untuk menjabat tangannya."Binta" jawabnya. "Lho katanya kemarin namanya Rizky??kok jadi binta sih?yang bener yg mana?"tanyaku bingung."Yah...nanti juga km tau sendiri." jawabnya penuh misterius. Aku pun membalasnya dengan sesungging senyuman tanpa berusaha bertanya untuk menyelidiki lebih dlm siapa makhluk yg sedang kutemu isaat itu. Ku persilahkan duduk, kusuguhi sebuah minuman dan kusambut seperti tamu2ku sebelumnya.
Tatapan matanya lurus,fokus dan teliti, hampir setiap pekerjaanku di situ dikomentari dengan suaranya yang riuh bagai gerimis seakan tak pernah kehabisan topik pembicaraan. Sementara aku hanya membalasnya dengan sesungging senyum dan jawaban seperlunya tanpa kutambah2i. ^_^ Lalu waktu pun berjalan tanpa terasa bersama jutaan cerita tentang hidupnya hingga jam kerjaku selesai tepat pukul 00.00 WIB. "Jadi berapa semuanya, ama ngenetnya tadi juga?" tanyanya tiba-tiba. "Udah gak usah, dah kubayarin... lagian km kan tamuku." jawabku enteng."Loh gak bisa gitu to... klo gitu sebagai gantinya amu harus nemenin aku makan." katanya. "Eh gak bisa, jam berapa nih mas gak enak to ya anak cewek jam segini dinner ma cowok??Tengah malam nih, ntar nek aku dicariin ortuku piye??"kataku berusaha menolak."Halah, wajib...n perintah... nek amu nolak berarti gak ngehargai aku." jawabnya."Duh ntar nek ditanyain ortuku piye?" tanyaku serba salah n takut."bilang nemenin temen makan apa salahnya to." jawabnya dengan tampang tersinggung. Aku merasa serba gak enak. Akhirnya kuturuti maunya. Kita berhenti di sebuah warung nasi goreng di pinggir jalan. Waktu itu aku pesen mie goreng, sementara dia pesen kwe ti yao. Duduk berhadapan dan makan bersama tengah malam dengan seorang cowok, baru kali ini aku mengalaminya. Romantis... saat dengan tiba2 dia menyuapiku dengan sesumpit daging dari piringnya. Dan dia tampak menikmati sekali akan makanan yang dimakannya. Sementara aku hanya terdiam dengan seribu pertanyaan yang tak berani kulontarkan. Sesekali kulihat sekelilingku berharap tak ada seorangpun yang mengenaliku. Bisa mati digampar aku, klo sampe orang tuaku tau jam segini aku makan dengan seorang cowok. Kupercepat makanku agar aku bisa segera pulang tanpa pertanyaan yg mencurigakan dari bapak atopun ibuku nanti atas keterlambatanku pulang ke rumah.

"Makasih ya udah nemenin aku makan" begitu bunyi sms darinya dan kujawab, "iyah sama2, mksh juga dah nraktir aku." Pagi harinya tidurku diusik oleh nada panggilan di ponselku. "Bangun...sholat subuh dlu." begitu katanya. Aku tersenyum senang, trnyata ada org baik yg bersedia mengingatkan sholatku. Dan malam berikutnya dia datang lagi untuk minta bantuan mengerjakan tugas kantornya sekalian dy tawarkan untuk menemaniku hingga pukul 12 malam lagi. Qita habiskan waktu yang sama untuk melewati makan malam yg penuh romantisme ^_^. Dan tanpa sadar aku sudah terduduk di sini bersamanya. Semuanya terasa terlalu cepat dan singkat. Hanya dalam beberapa hari saja dia berhasil meyakinkan orang tuaku, kakakku dan semua orang di sekitarku tentang hubungan ini. Hubungan yang aku sendiri belum mampu menangkap makna dari balik hatinya. Kususuri hatiku untuk menemukan cinta di hatinya, tetap saja sebuah ruang hampa yg melingkupiku. Aku semakin bingung, untuk apa dia di sini. Untuk apa dia melakukan semua ini. Mengantarkanku pulang setiap hari, datang ke rumahku setiap malam, membawakan ini dan itu untukku, cemburu pada kk angkatku sampe demi dia aku menjauhi dan melukai kk angkatku...tapi tak sejengkalpun cinta yang kurasakan dari hatinya. Mungkin aku rapuh ketika cinta itu datang, tapi dari kerapuhan itu aku bisa merasakan hatimu, semua pengingkaran dari kata2mu, tangisnya, tangis mereka, aku merasakannya meski harus kuingkari semua perasaan itu dengan cara percaya padamu.

27-03-2010 17:56 WIB.
Hari ini aku tersenyum dalam kebisuan...
Pada langkah yg tak seharusnya kusesali lagi
Entah... apa yg akan kukatakan pada keluargaku atas keputusan ini
Aku sayang kamu Bin, bahkan sampe detik ini pun aku tetap sayang kamu.

Syair-syair Cinta Untuk Lastri

oleh Dini Halimah pada 30 Maret 2010 jam 16:12

Seluruh tubuhku terasa sakit. Dadaku sesak. Sementara kepalaku merasakan nyeri yang teramat dalam. Sakit dan sakit, hanya itu yang bisa kurasakan. Entah apa yang sedang terjadi padaku. Aku hanya bisa melihat kegelapan berputar di sekelilingku. Semakin gelap dan gelap. Lalu semuanya lenyap ditelan waktu...entah berapa lama itu.

Angin semilir terasa menyentuh kulit dengan lembut. Kurasakan juga aroma pengap disekitarku. Sesekali kucium aroma bunga segar di antara pengapnya udara yang jenuh dengan bau-bauan yang sepertinya kukenali. Lalu aku terbangun pada suatu pagi yang aneh.
Embun rerumputan di sekitar tubuhku menyandarkan ketidaksadaranku dengan dinginnya yang menusuk kulit. Kubuka mataku perlahan. Silau. Ada langit-langit dengan cahaya yang sangat menyilaukan di sana. Lalu kucoba bangkit. Entah, ada di mana aku sekarang. Aku bingung. Kudapati tubuhku terjerembab di sebuah hamparan tanah yang dikelilingi rumput liar dan ilalang. Tak kulihat ada seorang pun di sana. “Tempat apa ini?” hatiku bertanya-tanya. Ku langkahkan kakiku yang tak beralas dirajam oleh duri dan kerikil-kerikil terjal yang menghalangi langkahku. Ada bagian-bagian tubuhku yang masih terasa sakit dan nyeri, tapi entah di mana itu aku tak sempat menghiraukannya.
Sayup-sayup terdengar suara seorang wanita bernyanyi di ujung sana. Entah suara siapa itu, aku merasa tidak asing. Ku putuskan untuk mengikuti asal suara itu. Semakin jauh aku melangkah, semakin jelas pula suaranya. Ada nada serak di antara lantuanan lagu yang aku begitu kenal syairnya.

“Tak lelo lelo lelo ledung....
Cup menengo, ojo pijer nangis
Anakku, sing bagus rupane
Jo nangis, ndak ilang baguse
Takgadhang biso urip mulyo
Dadiyo satriyo utomo
Anjunjung jenenge wong tuwo
Dadiyo pendhekaring bongso ...”

Ya benar, aku begitu kenal dengan suara itu. Rasa sakit di kepalaku semakin menggigit. Tapi tekat kuatku untuk mencari sang pemilik suara mengalihkan semua perhatianku pada rasa sakit yang bergerumul di kepala. Tiba-tiba ada perasaan rindu yang menggebu-gebu pada suara yang masih samar siapa pemiliknya itu. Semakin lama, semakin sayup. Kupercepat langkahku, semakin cepat dan cepat. Kakiku terasa nyeri ketika kupaksakan berlari. Aku begitu takut kehilangan arah darimana suara itu berasal.
Banyak sekali ilalang dan semak belukar yang menghalangi perjalananku kali ini. Tapi sekuat tenaga kuterpa juga, hingga akhirnya aku melihat sebuah rumah kecil berdinding anyaman bambu di sana. Di belakang rumah itu tampak hamparan sawah hijau yang sangat luas dibatas-batasi oleh pematang sawah. Tampak ada aliran sungai jernih nan panjang melintang memberikan jarak antara rumah dan sawah itu. Aneh... Tak kulihat rumah penduduk lain di sekitarnya. “Atau mungkinkah pandanganku yang mulai kabur, sehingga aku hanya bisa melihat rumah kecil itu?” gumamku kebigungan.

Kuamati lekat-lekat rumah kecil itu. Ada seorang wanita duduk pada sebuah kursi bambu di teras rumahnya. Ia tampak masih muda sekali dengan selendang yang melilit tubuhnya beserta seorang makhluk kecil di antara selendang itu. Dengan kasih sayangnya dia menimang-nimang dan menepuk-nepuk tubuh bayi mungil itu sambil kulihat mulutnya berkali-kali melantunkan lagu tak lelo lelo ledung. Kuamati lagi pemilik suara serak itu. Tubuhnya langsing, proporsional dengan rambut sepunggung yang ia ikat di belakang. Balutan baju sederhana yang membungkus tubuhnya tidak dapat menyembunyikan kulitnya yang kuning langsat dan terawat. Kuusap mataku berkali-kali saat kuamati lekat-lekat wajahnya.

“Lastri??!!” Hatiku seakan menjerit meneriakkan nama itu, tetapi mulutku tetap terdiam membisu tak sanggup berkata sepatah kata pun. Aku tertegun menatapnya. Gadis manis itu segera menyadari kehadiranku di sana. Dengan senyum tipisnya ia memandangku sekilas, lalu ia tenggelamkan kembali seluruh perhatiannya pada bayi mungil di tangannya. Ingin sekali kuhampiri wanita itu, tapi entah kenapa kakiku kaku seakan tak mau digerakkan.

Aku rindu... aku merindukannya setengah mati. Kehangatannya, belaiannya, senyum tipisnya, tawanya, dan air matanya dulu... aku rindu semuanya. Perih, kepalaku semakin terasa sakit, pandanganku buyar, gelap, tak ada yang bisa kulihat... aku bingung... “Las...lastrii...LAASSTRI...!!!” teriakku sekuat2nya.
Kulihat wajah Dina yang tampak pucat di hadapanku. Dia genggam tanganku begitu erat sambil menangis sesenggukan. Lalu ayah, ibu tiriku, Nia, dan Vita adekku yang paling kecil merumuniku. Mereka tampak sama paniknya dengan Dina. Aroma obat menyebar di mana-mana, aku bingung. “Yah, aku dimana?” tanyaku pada ayah ketika beliau meminumkan segelas air putih untukku. “Kamu di rumah sakit lee, kamu lupa motormu nabrak bus di tikungan arah Bulek Mi??” tanya ayahku dengan sabar. Aku masih bingung, kepalaku terasa begitu sakit untuk mengingat semuanya. “Lastri mana?” tanyaku tiba-tiba. Kulihat wajah mereka tampak bingung dan saling berpandang-pandangan. “Lastri siapa Rud?” tanya Dina bingung.

“Siapa Lastri?” tanyanya lagi tampak khawatir. “Yah, aku pengen nikahin Lastri yah. Tolong anterin aku ke rumah Lastri, aku sayang dia. Aku mau bertanggung jawab Yah... Aku pengen meluk anakku yah.” kataku terbata-bata pada ayahku yang tampak mengkerutkan keningnya tanda tidak mengerti. “Lastri siapa Rud?? Bukannya Dina ini tunanganmu??Siapa itu lastri?”tanya ayahku bingung. Kuamati Dina yang masih terisak oleh tangis, dan aku pun mulai ingat dengan jelas bagaimana aku mencampakkan Lastri dulu.Aku terlalu pengecut untuk bertanggung jawab atas kehamilannya. Dan hanya sebuah senyum tipis yang kulihat dari bibirnya ketika kubiarkan dia melihat perselingkuhanku dengan Dina. Entah laki-laki bajingan macam apa aku ini. “Aku ingin ketemu lastri yah, aku yang menghamili dia.” kataku dengan isak tangis memohon. Entah rasa sakit apa yang dirasakan Dina saat ini, yang jelas Lastri lah yang paling terluka atas semua ini. “Tapi .. tapi... kamu baru aja sadar Lee, udah 3 minggu ini kamu koma. Dan...dan... kakimu...kakimu... terpaksa harus diamputasi Rud.” kata ayahku terbata-bata.

“TIDAAAAAAAAKKKKKK”

Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa itu. Hidupku selamanya ditopang oleh kursi roda akhirnya. Ada Dina istriku yang selalu setia menemaniku ke tempat ini, membiarkanku menghabiskan waktu berjam-jam untuk berbicara pada Lastri. Pada anak kami yang masih terlalu kecil untuk mengerti arti goresan dalam hidup ini. Membiarkanku melepas ribuan rindu yang tak dapat kusampaikan dulu. Entah neraka seperti apa yang telah kubangun untuknya. Dengan sekeping kaca dia akhiri hidupnya dan hidup anak kami begitu saja. Tanpa memberitahuku, meminta pendapatku, atau bahakan meminta sebuah pertanggungjawaban dr laki-laki pengecut sepertiku. Sementara aku hanya bisa mengirimkan ribuan syair-syair cinta yang tak kan pernah cukup untuk menebus dosaku padanya.

Lastri
27 Januari 2007 09.30
Hujan mengalir mengalunkan syair-syair waktu
mengikis pias-pias air mata ketika kau berdiri di bawahnya
lalu aku tertunduk pada satu tanya...
akankah kau mengingatku di sana?

H-U-J-A-N

oleh Dini Halimah pada 31 Maret 2010 jam 10:49
Selasa 30 Maret 2010
17.00 WIB

Kukendarai sepeda motorku menerpa kabut tebal sore itu. Tetesan demi tetesan air liur langit membasahi. Dingin menusuk pori-pori. Biasanya aku akan tersenyum riang menyambutnya. Kemudian aku akan membayangkan bagaimana aku semasa kanak-kanak dulu. Berlari2 riang di tengah hujan bersama teman-teman seumuranku yang lain. Kadang dengan nakal kuperciki mereka kubangan air yang kuhentak2an dengan kaki, lalu aku akan berlari sekencang angin menghindari mereka yang merasa kesal dengan ulahku. Aku akan terkekeh mengingatnya, teman-teman kecilku entah di mana mereka sekarang.

Sore ini hatiku begitu mendung, semendung langit yang menyelimutkan kabutnya di udara. Rapuh yang kurasa. Air mataku terasa memberikan kehangatan tersendiri, ketika seluruh pori-poriku telah dikuasai oleh dinginnya hujan. Sama seperti air mataku siang itu. Ketika dengan jelas kudengar kata-katamu meberikan sebuah pilihan dan batasan. Sakit... entah di sisi mana yang sakit. Cukup hujanlah yang tahu bagaimana akhirnya aku memilihnya.

Terakhir aku menatapmu, kau masih tampak acuh dengan segala ego seperti saat pertama kali aku melihatmu. Aku tersudut oleh sebuah pilihan akhirnya. Seandainya kau tahu betapa aku sangat membutuhkanmu saat itu. Mengharapmu merengkuhku, menenangkanku ke dalam pelukmu yang erat, atau sekedar berkata "udah kamu tenang dulu di sini, nanti kubantu." Seandainya dan seandainya yang kuharapkan. Aku masih tersudut bisu di pintu itu, menggemakan kembali kata-katamu yang tegas dan acuh. "Kalau amu mau pergi dari sini silahkan, aku gak akan ngekang amu.Tapi ingat... sekali amu melangkahkan kaki dari sini, mending selamanya gak usah kesini lagi!"

"Seperti itukah caramu menghadapiku?Menghadapi calon istrimu? Menghadapi org yang kau sayangi??Benarkah kamu sayang aku?Siapa aku dihatimu sebenarnya??" pertanyaan itu meluncur, menggerogoti sendi kakiku, membuat hatiku rapuh, dan hanya mampu berteriak dalam hati. Aku masih tersudutkan diam menatapmu yang masih acuh dengan layar di hadapmu. Berdiri kaku di ambang pintu. "Ya Allah, apa yang harus kulakukan sekarang? Haruskah aku meninggalkannya?Meninggalkan seseorang yang sangat aku inginkan sejak aku pertama menatap sorot matanya... Mata yang kini tajam menyerangku dengan egonya. Apa yang harus kulakukan?Aku lelah... aku gak sanggup lagi... masih banyak yg harus kuhadapi hari ini... dompetku, KTP,SIM,STNK,KTM,ATMku... bagaimana aku harus mengurusnya, aku kehilangan semua identitasku sekarang, teman-temanku masih menungguku di GSG untuk rapat reuni, aku juga belum menyiapkan materi apa2 untuk les privatku sore ini, aku juga belum mengisi daftar harga dari calon pembeli hardware, arrrghhh...aku pusing...aku harus ke kantor polisi untuk laporan kehilangan sekarang juga, tapi aku gak punya uang, aku gak pernah ke kantor polisi sebelumnya, aku takut, bagaimana nanti kalo dimintain uang sukarela ato apalah?aku bingung... aku harus minta tolong siapa? aku mau pulang... tapi orang tuaku pasti hanya bisa menyalahkan atas keteledoranku, hanya memarahiku tanpa bisa berbuat apa-apa. Kakakku masih sibuk dengan istri yang baru dinikahinya sebulan yang lalu, aku tidak berani mengusiknya. Sementara laki-laki yang kusayangi malah memberiku sebuah pilihan yang menyakitkan. Ya Allah, benarkah laki-laki ini yang akan menikahiku nantinya? Haruskah aku memohon pertolongan pada orang yang kini mengacuhkanku? Haruskah... ah aku bingung... aku merasa benar-benar sendiri sekarang." Aku hanya bisa berkata dalam hati, dalam hati yang kian rapuh... lalu akhirnya keputusan itu yang kuambil.

"Bin...maafin aku klo selama ini banyak salah." kataku akhirnya terlontar juga. Kulangkahkan kakiku yang terasa ngilu keluar. Biarkan hujan menyelimutiku, karna hanya dialah temanku sekarang. Dalam kesendirian dan ketakutanku, aku masih berharap kau mengejarku, mencegahku pergi. Ah sudahlah, dia tidak akan peduli dan tak kan pernah peduli. Aku harus kemana sekarang. Aku bingung... kubiarkan tubuhku basah kuyup oleh hujan. Seandainya kakakku ada di sini...... Aku rindu kakakku...

Tentang Seseorang

oleh Dini Halimah pada 10 April 2010 jam 19:25
Bosan...aku dengan pekat
dan enyah saja kau penat
seperti berjelaga jika ku sendiri....

Ku putar berulang-ulang sebuah video singkat ketika kau menyanyikanku sebuah lagu yang pernah dinyanyikan Cinta untuk Rangga di dalam filmnya AADC. Masih kuingat juga hari itu ketika kita masih duduk bersama. Entah kenapa aku merindukanmu. Seandainya waktu bisa dihentikan saat itu juga. Mungkin kau tidak akan pernah tau betapa aku begitu takut kehilangan setiap detik yang kita lewatkan bersama. Dan waktupun segera menyadarkanku pada pelarian yang panjang.
Lalu kubaca kembali sebuah pesan singkat yang sebenarnya telah ribuan kali kubaca berulang-ulang, "Q ingin kamu mrh supaya kamu bisa melupakanq cintaq" Dan esok pasti akan berubah. Semua alur pasti akan berganti. Tak akan lagi sama, dan gak akan pernah sama.... Tidak ada yang membuatku gentar atas kepergianmu ke Magelang. Mungkin waktu setahun di sana akan menggoreskan jutaan kisah baru dalam hidupmu, aku tak peduli. Pasti akan ada lagi ribuan wanita yang mengenang dan menyebut-nyebut namamu atas ribuan rasa sepi yang kau kobarkan. Sekelam rasa sakit yang kau timbun dalam hati. Mungkin tak kan cukup mengganti semua luka yang ada.Hanya sekali kulihat keteduhan matamu dalam kebersamaan kita. Ketika kau lantunkan ayat-ayat suci itu mengenang masa lalu. Masa lalu yang sepertinya terasa lebih teduh di hatimu. Aku merindukanmu sayang... merindukanmu kembali dengan mata teduh itu.... Semoga Allah slalu menunjukkan jalan terbaiknya untukmu di sana cin... Amin.